KEBAIKAN ADALAH BENTENG DIRI

Rabu, 04 April 2012
Kebaikan Melindungi Sang Pelaku (Kisah Sang Maestro Matsushita)

Di tahun 1929, pernah terjadi 'depresi ekonomi global'. Wall Street menukik tajam tak terkendali. Surat saham tak lebih nilainya seperti kertas biasa.

Saat itu, General Motor terpaksa mem-PHK separo dari 92.829 karyawannya. Perusahaan besar maupun kecil bangkrut.

Jutaan orang menjadi pengangguran. Jutaan orang kelaparan. Daya beli turun bersama harga dan lowongan pekerjaan.

Malam menjadi gelap gulita. Kepanikan terjadi di mana-mana. Toko yang masih bertahan, menghentikan pembelian dari pabrik karena gudang sudah penuh dengan barang yang tidak terjual.

Saat itu, Konosuke Matsushita yang memproduksi peralatan listrik bermerek National dan Panasonic baru saja merampungkan pabrik dan kantor dengan pinjaman dari Bank Sumitomo.

Kondisi badannya sering sakit-sakitan akibat gizi yang kurang di masa kanak-kanak, ditambah lagi dengan kerja 18 jam sehari, 7 hari seminggu selama 12 tahun merintis usahanya. Hanya semangat hiduplah yang membuatnya masih bernapas.

Dengan punggung bersandar ke tembok rumah, Matsushita mendengarkan laporan tentang kondisi perekonomian yang terus memburuk ketika manajemennya datang menjenguk. Lalu bagaimana tanggapannya ?

"Kurangi produksi separonya, tetapi JANGAN mem-PHK karyawan. Kita akan mengurangi produksi bukan dengan merumahkan pekerja, tetapi dengan meminta mereka untuk bekerja di pabrik hanya setengah hari.

Kita akan terus membayar upah seperti yang mereka terima sekarang, tetapi kita akan menghapus semua hari libur. Kita akan meminta semua pekerja untuk bekerja sebaik mungkin dan berusaha menjual semua barang yang ada di gudang."

Perintah ini bagi anak buahnya sama anehnya dengan depresi ekonomi itu sendiri. Koq bisa terjadi, yah ?

Dalam situasi begitu, sangatlah masuk akal jika perusahaan mem-PHK karyawan demi efisiensi. Namun Matsushita karena keyakinannya pada sang kebajikan sudah mantap, demi kelangsungan hidup anak-istri karyawannya, akhirnya mampu menghasilkan terobosan yang manusiawi pada masa depresi ekonomi tersebut.

Kebajikan Matsushita terhadap karyawannya mendapatkan hasil yang manis 16 tahun kemudian dari karyawan yang pernah ditolongnya. Ia menuai buah kebajikannya sendiri.

Ketika Perang Dunia II berakhir, Jenderal Douglas McArthur yang mengendalikan Jepang, menangkapi semua pengusaha Jepang untuk diadili karena keterlibatan mereka selama perang.

Pada kurun 1930-an, para pengusaha Jepang, termasuk Matsushita, mendapat tekanan rezim militer Jepang saat itu untuk memproduksi senjata dan logistik militer lainnya. Maka Matsushita pun ikut ditangkap.

Sekitar 15.000 pekerja bersama keluarganya membubuhkan tanda tangan petisi pembelaan untuk Matsushita !!! Jenderal McArthur pun tercengang oleh petisi tersebut dan akhirnya membebaskan Matsushita.

Tidak ada pemilik usaha dan pimpinan industri sebelum perang dunia kedua yang diizinkan McArthur kembali ke pekerjaannya kecuali Matsushita.

Demikianlah Matsushita dapat terus memimpin perusahaannya sampai menjadi raksasa elektronik dunia, dan baru pensiun pada tahun 1989 pada usia 94 tahun.

Ketika Matsushita meninggal tahun 1990, bukan cuma para pebisnis yang berduka cita. Presiden Amerika saat itu, George Bush (Senior), pun turut berduka.

Matsushita berhasil membangun dirinya melewati ambang batas pengusaha yang umumnya selalu lapar duit dan haus fulus serta menjadi pribadi yang humanis dan filsuf yang sangat peduli terhadap kemanusiaan.

Bagi Matsushita, uang bukanlah tujuan. Meskipun butuh uang tetapi uang bukanlah segala-galanya. Baginya, uang adalah sarana untuk melakukan kebajikan.

Itu sebabnya, beliau tidak pernah menggigit orang, main curang, atau merebut jatah orang lain. Matsushita yakin bahwa kalau kita tidak jahat dan terus berbuat baik maka kejahatan akan menjauhi kita dan kebaikan akan melindungi kita........SUDAHKAH ANDA SEPERTI ITU.......???

ASAL MUASAL PEMUJAAN LINGGA YONI

Sabtu, 02 Oktober 2010


Purwa Bhumi Kamulan termasuk kelompok lontar Tattwa. Lontar ini berisi ajaran tentang penciptaan dunia yang diuraikan secara mitologis. Seluruhajarannya bersifat Siwaistik. Pokok-pokok ajarannya sebagai berikut :Om Bhatara Bhatari adalah dua sumber kekuatan yang mula-mula ada. Dari kekuatan yoga Bhatari terciptalah Dewata, Panca Resi, dan Sapta Resi sebagai isinya dunia. Pada tahap berikutnya barulah diciptakan dunia. Gangga tercipta dari cucuran keringat. Samudra tercipta dari garam yang keluar dari badan. Prathiwi tercipta dari garam yang keluar dari badan. Selanjutnya Sanghyang Dharma menciptakan"Mahapadma", Matahari, Bulan, Panca mahabutha dan Catur Pramana.Setelah itu, Bhatari Uma merubah wujudnya sebagai Durga. Bulu-bulu badannya diciptakan sebagai Kala sumber kejahatan didunia. Dengan kekuatan yoganya, Durga menciptakan semua isi samudra (ikan dsb.nya).Om Bhatara Guru kemudian turun ke bumi sebagai Bhatara Kala karena tertarik oleh kekuatan pandang Bhatari Durga. Dan dengan kekuatan yoganya Bhatara Kala menciptakan Kala. Manusia adalah santapan Bhatara Kala. Manusia yang disantap adalah : Orang yang lahir pada wuku carik (wuku wayang). Kadana Kadani (kembar siam), Bersaudara Lima, Tunggak Wareng (tus tunggal), Unting-unting ,Uduh-uduh rare bajang .Selanjutnya Bhatara Kala turun ke dunia membuat tempat pemujaan. Begitu pula Brahma, Wisnu dan Iswara diperintahkan turun ke dunia. Brahma sebagai Brahmana. Wisnu sebagai Bhujangga. Iswara sebagai Resi.Brahmana, Bhujangga dan Resi diberi tugas oleh Bhatara Kala menghaturkan sesaji kepada dirinya dan Bhatari Durga dan meruwat sepuluh jenis kekotoran (manusia). Itulah permulaan manusia memujaTuhan. Bhatara Kala dan Bhatari Durga tidak lagi menyantap manusia.Rupanya yang mengerikan kembali seperti semula sebagai Guru dan Uma,kembali ke Siwapada.
TEKS
Om purwa bhumi kamulan, padukaBhatari Uma; mijil saking limo-limo nira Bhatara guru. Mulaning hanaBhatari minaka somah Bhatara ; mayoga sira Bhatari.
Mijil ta sira dewata, Panca Resi, Sapta Resi; Kosika, sang Garga, Maitri,Kurusya, sang Pratanjala. Kosika wikan padyargha, sinapa dening Bhatara; mijil ta sang hyang Kosika, sakeng kulit sangkanira.
Mijilta sira sang Garga, sakeng daging sangkanira; mijil ta sira sangMaitri, sakeng otot sangkanira. Mijil ta sang hyang Kurusya, sakeng balung sangkanira, mijil ta sang Pratanjala, sakeng sumsum sangkanira.Genep isi ning bhuwana, apan sampun winastonan; ingutus ikang Bhatara,kalih lan sira Bhatari.
Kinon sira (ng) gawa loka, neher sira sinanmata, kang wikan pateng ranira, sinapa de Bhatara. Kosika mlesat mangetan, matemahan dadi dengen, sang Garga mlesat mangidul, matemahan dadi sang mong.
Sang Maitri mlesat mangulon, matemahan dadi ula,Kurusya mlesat mangalor, matemahan dadi bwaya. Pratanjala mlesat (ring)madhya, matemahan hyang kurma raja, ingutus sang Pratanjala, tumurun manggawe loka. Lumampah nda tan parowang, ingutus Bhatari Uma; dening paduka Bhatari, tumurun sang Pratanjala. Neher amit anganjali, Bhatara lawan Bhatari, angadeg sireng pantara, awang-awang uwung-uwung. Tanhananing sarwa katon, tan hana ning sarwa umung. Ahening cipta Bhatari,alekas anggawe loka, maka daging ing bhuwana, kalih lan sang Pratanjala.
Karingeta kuyu-kuyu, adres titis ing sarira. Tumiba mangkeng Bhatari, mijil ta Bhatari Gangga. Mulanira duk samana. Asat karinget Bhatari; metu uyah saking awak, ginutuk ta sepet asin. Tumibeng Bhatari Gangga, mijil Bhatari samudra; dinulu awak Bhatari, metu lemah saking awak. Tumibeng Bhatari samudra, mijil Bhatari prathiwi; sarimbag loning prathiwi,sa-payung lo ning Akasa. Mulanira duk samana, mayoga ta sira muwah,alekas anggawe loka ......
Yoganira sanghyang Dharma mijil tekang Maha padma, maka sesek ing bhuwana.Mijilta Radtya Wulan, maka suluh ing bhuwana; mijil lintang Taranggana, makatulis ing bhuwana. Mijil Panca Maha Bhuta, maka urip ing bhuwana; mijilta Catur pramana ; apah, teja, bayu akasa. Urip ing anda bhuwana sampun apasek; mangke punang jagat traya apan sampun sirayoga.
Dinel Bhatari Uma, satampakira Bhatari: hana putih, hana abang, hana kuning,hana ireng. Kaget Bhatari Sri Uma, agila tuwon ing awak, neher masih nadah janma, mangerak masingha-nada; waja masalit masiyung, tutukilwirjurang parah ro; netra kadi Surya kembar, irung kadi sumur bandung;kuping Iwir leser ing pa (ha;roma...agimbal;awak awegah aluhur, luhur iratan pantara; tutug ing anda bhuwana, tutug madhya ning akasa; sira ta Bhatari Durga, aranira duk samana.
Satinggal Bhatari Durga,ayoga sang wado Kala; wulune ginawe ala, lanang wadon warna nira. Pada sampun winastonan, sampun pinugrahan aran, kunang tetendahanira, sicabora, si cabori, si bragla, si bragali, si sanaka, si sanaki, sidurana, si durani, si kaleka, si kaleki, si gondala, si gondali, sibetala, si betali, garbhayaksa, garbhayaksi, galungan panadah Kala.Pangawaking Kala braja, besawarna mandi-jati, pepelika, pepeleki, agungalitwarna nira.
Yoga ning Bhatari Durga; ri sampunira mayoga,lumebu sireng samudra, mayoga sira irika. Isining dalem samudra, mijil tekang sarwa rupa, duyung kuluyung lan prang-prang, tangiri Kalawan buntek. Tan ilang takonakena.
Genep kabeh punang warna, Yoganing Bhatari Durga, dineleng sireng bhuwana, tutug madhya ning Akasa.Tuminghal (ta) Bhatara guru, turun sira sakarengan, mayoga ta sira muwah, matemahan metu Kala. Mangerak masingha-nada, waja masalita siyung, tutuk lwir jurang parongbrong, netra kadi Surya kalih. Irungkadi sumur bandung, kuping lwir lalar ing pandung, roma akepel agimbal, awak awegah aluhur.
Luhuriratan pantara, abang tutug ing bhuwana, tutug madhya ning Akasa, sira ta Bhatara Kala. Sira ta Bhatari Uma, aranira duk samana, mayogasa-wado Kala, lanang wadon warnanira. Bhuta bhuti, yaksa yaksi, pisaca,Bhuta manganti, maha Bhuta, panca Bhuta,pulung dara (h), pulung dari(h), dewa dengen, Bhuta dengen, daitya, wil lawan danawa, Mrajapati Anggapati. Kekeliki, Pepelika, Pepeleki, agung alit warnanira, yoganing Bhatara Kala.
Ri sampunira mayoga, mangher po sira ring gunung, Hyang Sangkara naminira, mangher po sira ring alas. Bhuta Banaspati Raja, Banaspati sireng kayu, Singha-Kala sireng lemah, Kala Wisesa ring Akasa. Bhuta lamis sireng watu, Wisnu pujut sireng wengi,Bangbang pita ring rahina, Kala nundang sireng dalan. Dora Kala sirenglawang, Hyang maraja sireng natar, Bhuta Suci sireng sanggar, Bhuta sayah ring bale agung. Kala Graheng pamanggahan, Bhuta Ngandang simpangawan, Kala dungkang sireng batur, Bhuta duleg sireng longan, Bhuta andelik sireng galar, Bhuta Gumulung ing klasa, Bhuta Jempang sireng galeng, Bhuta Asih ring paturon. Kala Mukti sireng pawon, Bhuta Ndelep sireng dengen, Kala sakti sireng sanggar, Kala nembah taretepan, Kala nginte sireng pager, Kala ngintip sireng tampul, Dora Kala sireng lawang, Bhuta ngingel Siwawalan, Bhuta ninjo ring gugumuk, Bhuta ngilo sireng sumur, Bhuta mangsa sireng sema, Bhuta boset pabajangan, Bhuta rerengek ring wates, Bhuta ulu sireng pakung, Bhuta edan (ring) dalanagung, Bhuta wuru sireng sajeng, Bhuta bloh (sir) eng dalanagung, Bhuta logok (sir) eng tapan, Bhuta bega pamidangan, Bhuta cantulengpasajnan, Bhuta simuh sande kawon, Bhuta ngoncang sireng lumpang, Bhuta ngadusireng lebuh, kuncang-kancing ring padangan Bhuta grawang Umah suwung, Bhuta lawang paciringan, Bhuta lepek paperangan, Bhuta rangregek sireng wates, Bhutatulu (s) sireng pangkung,Kala-kali ring pajuden, Singanjaya ring Kalangan, Kala edan sireng pasar, siddha-kara ring patamon, Bhuta dengkol sireng dagan, Kalamendek ring paseban, Bhuta asih ring paturon, Kala mukti pabetekan, Kaladengsek pabajangan, Kala dekek sireng sendi.
Dineleng Bhatari Durga, mentas ta saking samudra, sareng lan Bhatara Kala, apata jalukanira? Abhasma sira rudhira, kapala ganitri nira, usus tasandangan-ira, asampet sira bang ireng. Ingemban ingiring-iring, deningwado Kala nira, tan sah ring pasanak ira, angher po sira ring setra.Setra wates pabajangan, kepuh randu kurambiyan, ingayap ing wado Kala,dremba moha nadah janma. Ulih ing anggawe loka, tinadah rahina wengi,binuru inguyang uyang, dening wado Kala nira.
Tinututsa-paranira, tinadah rahina wengi, kuneng kang tinadah ira, enaknya anadah jalma. Tan salah tinadah-ira, janna wetu wuku carik, wuku wayangwuku nira, kadana (n) lawan kadini. Pandawa lawan metuwang, tunggakwareng, unting-unting, uduh-uduh rare bajang, tinadah rahina wengi.Mangkin krodha Sanghyang Kala, tumurun sira sakareng, angadeg ringsunyantara, anggawe Sanggah Pamujan.
Neher ta ginawe nira,Brahma, Wisnu, Maheswara, tumurun ring madhyapada, arddha moho inggawe manusa. Hyang Iswara dadi Resi, Hyang Brahma dadi Brahmana, Hyang Wisnu dadi Bhujangga, ya tha sira mangke ngutus, dening pada nira Sanghyang ngaturaken tadah saji, sari genep saji nira, sampun ta mangke winastwan. Dening pada nira Sanghyang, Brahmana, Bhujangga, Resi, Saiwa kalawan Saugata, anglukata dasa mala.Anadah Bhatara Kala, kalih lan Bhatari Durga, tok sekul Kalawan ulan, sarwa genep kang tadahan. Tan ilang takon akena.
Datenge Bhatara Kala, kalih lan Bhatari Durga, angadeg ing puspa-kaki, ingayaping wado Kala, garjita tumon ing tatadahan, tan ilang takonakena.Ingundang ing japa mantra, tinabuhan genta-genti, unung kang genta oragan, sangka umung tan pantara. Tutug teka ring akasa, siniratan sekarura, candana lawan wija kuning, damar murup lawan dhupa. Kukus sakeng dhupa panggil, tutug teka ring akasa, mrebuk arum kang bhuwana,kongas tekeng windu-pada.
Mulaning hana amuja, kang manuseng madhya-pada, tadahan Bhatara Kala, kalih lan Bhatari Durga. Neher sira siramanya : manusa ring madhya-pada, Purnama Kalawan Tilem, tan kasapa de Hyang Kala, tan kasapa de Hyang Durga, Tan katadah de Hyang Kala,lan katadah de Hyang Durga, apan sampun sinuddha-mala, deni wastu nira Sanghyang. Ilang tekang rupa juti, waluya atemahan jati, Hyang Kala atemahan Guru, Hyang Durga temahan Uma. Mantuk mareng Siwapada; kalihlan Bhatari Uma; deni wastu nira Sanghyang, lukat sira Sang linukat.Lukat sira sang anglukat. Dewa sira sang linukat, hana sireng Siwapada,mantuk sira mareng swarga.Angiring ing pada Sanghyang, angadeg ing Suryapada; Kosika mulih mangetan, matemahan Hyang Iswara. Sang Garga mulih mangidul, matemahan Bhatara Brahma; Sang Maitri mulih mangulon.Matemahan Hyang Mahadewa. Kurusya mulih mangalor, matemahan BhataraWisnu, Pratanjala mulih ring madhya, matemahan Bhatara Siwa. Sakwehikang wak Kala, matemahan Widyadhara; manadi Yaksa klawan Yaksi matemahan Widyadhari.
Sami mantuk mareng Swarga, angering paduka-nira, dening wastu nira Sanghyang, mulih kuneng jati purna.Manusa sami kalukat, mantuk maring Siwapada, sampun pada ingastonan,,ilang tekang rupa juti, waluya atemahan jati, dening wastu ira Sanghyang, alinggih ing Sthananira, enang-ening rupa jati.
TERJEMAHAN
Om, Purwa Bhumi Kamulan (awal mula dunia).Yang Mulia Bhatari Uma, lahir dari pergelangan kaki Bhatara Guru.
Mula-mulayang ada adalah Bhatari, sebagai permaisuri Bhatara . Beryogalah Bhatara dan beryoga pula Bhatari. Lahirlah para Dewata, Panca resi,Sapta resi; Kosika, Sang Garga, Maitri, Kurusya, Sang Pratanjala Kosika pandai dalam hal padyargha, (dan kemudian) dikutuk oleh Bhatara; Sanghyang Kosika lahir dari kulit. (Kemudian)Sang Garga lahir dari daging. Sang Maitri lahir dari otot. Sanghyang Kurusya lahir dari tulang. Sang Pratanjala lahir dari sumsum. Maka lengkaplah isinya dunia (Bhuwana), sebab telah diisi. Kemudian Bhatara dan Bhatari disuruh membuat dunia, kemudian ia dinobatkan dan namanya sangat terkenal, dan kemudian di kutuk oleh Bhatara.
Kosika pergi ke timur, berubah menjadi dengen. Sang Garga pergi ke selatan ,berubah menjadi harimau. Sang Maitri pergi ke barat berubah menjadi ular. Kurusya pergi ke utara berubah menjadi buaya. Pratanjala pergi ke tengah , berubah menjadi kura-kura besar. Sang Pratanjala diutus turun membuat dunia. Berjalan dengan tanpa teman, (karena) diutus oleh Bhatari (Uma), maka turunlah Sang Pratanjala. Lalu menyembah dan mohon diri (ke hadapan) Bhatara dan Bhatari. Berdirilah ia di antara langit yang kosong. Tidak ada sesuatu yang tampak, tidak ada sesuatu yang bersuara. Maka pikiran Bhatari menjadi hening, lalu mengeluarkan mantra-mantra untuk menciptakan dunia, beserta isinya dunia, bersama dengan sang Pratanjala.
Keringat mengalir dengan deras membasahi badan. Kemudian jatuh menimpa Bhatari(Gangga), maka keluarlah Bhatari Gangga. Pada awal mulanya ketika itu,keringat Bhatari mengering, maka keluarlah garam dari badan yang rasanya sepat dan asin, jatuh menimpa Bhatari Gangga, lalu keluarlah Bhatari Samudra; dilihatnya badan Bhatari, keluarlah tanah dari badan, jatuh menimpa Bhatari Samudra,(maka) keluarlah Bhatari Prthiwi; (kemudian) dataran bumi menjadi melebar,berpayungkan hamparan langit yang lebar. Pada awal mulanya ketika itu, beliau kembali beryoga, mengucapkan mentra untuk membuat dunia.Dari yoga Sanghyang Dharma, keluarlah maha-padma, sebagai pelengkap dunia.Kemudian keluarlah matahari dan bulan sebagai penerang dunia; keluar gugusan bintang-bintang, sebagai hiasan pada dunia. (Kemudian) keluar Panca MahaBhuta,sebagai jiwanya dunia; (kemudian) keluar catur pramana (antara lain) apah,teja, bayu dan akasa. (Sehingga) jiwa anda bhuwana menjadi lengkap dan kuat;dan sekarang ketiga dunia (menjadi sempurna), oleh yoga beliau. Dipandanglah BhatariUma, setiap yang disentuh oleh Bhatari, ada putih, ada merah, ada kuning dan ada yang hitam.
Tiba-tiba Bhatari Sri Uma menjadi murka melihat wujud dirinya, lalu tumbuh dorongan untuk memakan manusia, lalu berteriak bagaikan singa meraung.Gigi dan taringnya panjang. Mulutnya bagaikan jurang terbelah dua. Matabagaikan matahari kembar. Hidung bagaikan sumur kembar. Telinga bagaikan paha berdiri tegak. Rambut digulung, badannya tinggi besar,tingginya tidak terkira, dari anda bhuwana (Bulatan bumi) sampai kepertengahan langit, beliaulah Bhatari Durga, namanya saat itu. Semua abdi Bhatari Durga, dan abdi-abdi Sang Kala melakukan yoga;bulu-bulunya dijadikan(sumber)kejahatan, berwujud laki maupun perempuan.
Semuanya sudah diisi dan sudah dianugrahi nama. Adapun nama-namanya adalah SiCabora, Si Cabori, Si Bragala, Si Bragali, Si Sanaka. Si Sanaki, SiDurana, Si Durani, Si Kalika, Si Kaleki, Si Gondala, Si Gondali, SiBetala, Si Betali, Si Garbhayaksa, Si Garbhyaksi, semuanya berpesta pada Galungan.Perwujudan Kala Braja, Besa warna yang amat sakti,Pepelika, Pepeliki, ada yang besar dan ada yang kecil wujudnya, Yoga Bhatari Durga.
Setelah beliau beryoga, kemudian menyelam kedalam samudra, di sana beliau beryoga. Semua isi samudra lalu keluar dalam bentuk aneka rupa seperti : ikan duyung, ikan hiu, dan ikangergaji, ikan tengiri dan buntek (ikan pendek besar mengandung racun).Dan masih banyak lagi dengan nama masing-masing.
Bhatari Durgaberyoga, dipandangnyalah dunia, tembus sampai kepertengahan angkasa.Bhatara Guru melihat, lalu seketika beliau turun. Kemudian beliauberyoga lagi, akhirnya lahirlah (para) Kala. Berteriak bagaikan singameraung, gigi dan taringnya panjang, mulut bagaikan jurang menganga,mata seperti matahari kembar, hidung bagaikan sumur kembar, telingabagaikan rambut diurai, badan tinggi besar. Tingginya luar biasa, bumimenjadi merah, tembus ke pertengahan langit, beliaulah Bhatara Kala.
BhatariUma nama beliau tatKala itu Para Kala pembantu (beliau) baik yang laki maupunyang perempuan beryoga. Bhuta Bhuti, Yaksa Yaksi, Pisaca Bhutamenyertai, Maha Bhuta, Panca Bhuta, Pulung Dara (h), Pulung Dari (H).Krti Dara (h), Krti Dari (h), Dewa Dengen, Bhuta Dengen, Daitya, Wil,serta Danawa, Mrajapati Anggapati. Kekelika, Kekeliki, Pepelika,Pepeleki, ada yang besar ada yang kecil bentuknya, yoga Bhatara Kala.Setelah beliau beryoga, lalu beliau tinggal di gunung. Hyang Sangkaranama beliau, (ketika) beliau tinggal di hutan. Bhuta Banaspati,Banaspati pada kayu. Singha Kala pada tanah. Kala Wisesa pada langit.Bhuta Lamis pada batu. Wisnu Pujut pada malam hari. Bangbang Pita padasiang hari. Kala Nundang pada jalan. DoraKala pada pintugerbang. Hyang Maraja pada halaman. Bhuta suci pada sanggar. Bhuta Sayah padaBale agung. Kala Graha pada Kuburan (pemanggahan). Bhuta Ngadang padapersimpangan jalan. Kala Dungkang pada bangunan suci (batur). Bhuta Duleg dibawah tempat tidur. Bhuta Ndelik pada bilah-bilah bambu alas tikar pada tempattidur (galar). Bhuta Gumulung pada tikar pandan yang dianyam halus (klasa). BhutaJempang pada bantal. Bhuta Asih pada tempat tidur. Bhuta Delep pada tugupekarangan (dengen). Kala Sakti pada tempat suci (sanggar). Kala Nembah padacucuran atap. Kala Nginte pada pagar. Kala Ngintip pada tiang rumah. DoraKalapada pintu gerbang. Bhuta Ngigel pada orang kerasukan. Bhuta Ninjo padagundukan tanah diatas kuburan. Bhuta Ngilo pada sumur. Bhuta Mangsa padakuburan Bhuta Boset pada kuburan anak-anak. Bhuta Reregek di perbatasan. BhutaUlu pada jurang. Bhuta Edan pada jalan besar. Bhuta Logok pada pertapaan(tapan?). Bhuta Bega pada pamidangan (?). Bhuta Cantula pada balai pertemuan. BhutaSimuh pada waktu senja. Bhuta Nguncang pada lesung. Bhuta Ngadu pada jalan didepan rumah. Kuncang Kancing pada padangan (?) (alat dapur?). Bhuta Grawangpada rumah kosong. Bhuta Lawang pada Gang. Bhuta Lepek pada medan perang. BhutaRengregek di perbatasan. Bhuta Tulus pada jurang. Kala Kali pada perjudian.Singanjaya pada arena perjudian. Kala Edan pada pasar. SiddhaKala padapertemuan (patamon). Bhuta Dengkol pada kaki tempat tidur. Kala Mukti padadapur. Kala Dengsek pada kuburan anak-anak. Kala Dekek pada dasar tiang rumah.
DipandangnyaBhatari Durga, lewat samudra, bersama dengan Bhatara Kala. Iamenggunakan darah sebagai basma. Ganitrinya tengkorak manusia. Ususselempangnya. Berselendang berwarna merah dan hitam. Diasuh dan diantaroleh para hambanya (yang terdiri dari) para Kala, tidak jauh dari sanaksaudaranya, lalu ia menuju kuburan.Di perbatasan kuburan anak-anak,(pada) pohon kepuh dan randu yang rindang. Dipuja oleh para Kala yangmenjadi hambanya, dengan seperti orang mabuk memakan manusia. Upahmenciptakan dunia, dimakan., siang dan malam, dikejar dan diperangkap,oleh para Kala yang merupakan para hambanya. Kemana pergi dikejar,dimakan siang dan malam. Adapun manusia yang dimakan dengan enaknya.Tidak lain yang dimakan adalah orang yanglahir pada Wuku Carik, yaitu orang yang lahir pada Wuku Wayang, lahir kembarsiam (kadana-kadini), bersaudara lima, tunas tunggul (tunggak wareng), unting-unting(?), (itulah yang) dimakan siang dan malam. Sekarang Sanghyang Kala marah,seketika ia turun, berdiri diantara dunia yang sepi, membuat sanggar pemujaan.Lalu diciptakan Brahma, Wisnu dan Maheswara, kemudian turun kedunia,berkehendak menciptakan manusia. Hyang Iswara menjadi Resi. Hyang Brahmamenjadi Brahmana. Hyang Wisnu menjadi Bhujangga. MereKalah kemudian yang diutusoleh Tuhan (Sanghyang), (agar) menghaturkan sajen, segala jenis sajen yanglengkap. Sekarang sudah ditegaskan; oleh Sanghyang, (bahwa) Brahmana,Bhujangga, Resi, Siwa dan Sogata, (boleh) meruwat sepuluh jenis kekotoran.
Bersantaplah Bhatara Kala bersama dengan Bhatari Durga, tuak, nasi, dan ikan,berjenis-jenis hidangan lengkap. Dan banyak lagi namanya yang lain.Kemudian Bhatara Kala datang, bersama dengan Bhatari Durga, berdiri diatas tangkai bunga, dipuja oleh para Kala yang merupakan hamba sahayanya, sangat senang hatinya, melihat hidangan. Diundang dengan japamantra, diiringi suara genta yang tiada putus-putusnya, suara genta oragan riuh, suara sangka riuh tidak henti-hentinya. Tembus sampai keangkasa, ditaburi dengan bunga-bungaan, cendana dan bija berwarna kuning, pedupaan dan dupa menyala. Asap dupa panggil tembus sampai keangkasa, bumi jadi harum semerbak bahkan sampai ke Windu Pada. (Itulah) awal mulanya adanya manusia dibumi memuja,mempersembahkan sesajen kepada Bhatara Kala, dan kepada Bhatari Durga. Lalu ia berjanji, bahwa setiap Purnama dan Tilem manusia di bumi tidak dikutuk oleh Bhatara Kala dan tidak pula dikutuk oleh Bhatari Durga. Tidak disantap oleh Hyang Kala,dan tidak pula dimakan oleh Hyang Durga, sebab sudah disucikan kekotorannya oleh berkat Sanghyang Sangkan Paraning Dumadi (Tuhan).
Rupanya yang mengerikan kemudian hilang, kembali seperti semula. Hyang Kala menjadi Bhatara Guru, Hyang Durga menjadi Bhatari Uma. Pulang menuju Siwa-pada (tempatnya Siwa), bersama dengan Bhatari Uma, oleh karena berkat. Sanghyang Tunggal,(akhirnya) teruwat juga orang yang diruwat. Yang meruwat juga teruwat. Yang diruwat adalah Dewa, beliau ada di Siwa-pada. Ia kembali menuju Sorga. Setia pada Sanghyang Tunggal (Tuhan),tinggal di Surya-pada. Kosika kembali ke timur menjadi Hyang Iswara.Sang Garga kembali ke selatan menjadi Bhatara Brahma. Sang Maitri kembali ke barat menjadi Hyang Mahadewa. Kurusya kembali ke utara menjadi Bhatara Wisnu. Pratanjala kembali ketengah menjadi BhataraSiwa. Semua Kala yang merupakan hamba-hambanya menjadi Widhyadara.Mandiraksa dan Yaksi menjadi Widhyadari. Semuanya kembali ke sorga mengikuti junjungannya. (Semua itu) karena berkat Sanghyang Tunggal (Tuhan).(Semuanya) kembali seperti wujudnya semula.”mulih maring sangkan paran Rat Kabeh”.Acintya=tak terpikirkan.
                                            Om Santih Santih Santih Om

Laksamana Majapahit Mpu Nala Abad-21

Rabu, 29 September 2010
Tahun 1339-1341 / Seluruh Nusantara bagian barat berturut-turut diserang dan ditaklukkan armada Kerajaan Majapahit pimpinan Laksamana Nala. Dimulai dengan menghancurkan Kerajaan Pasai, selanjutnya menuju Jambi dan Palembang. Kemudian mereka menaklukkan Langkasuka, Kelantan, Kedah, Selangor, Tumasik (Singapura). Selanjutnya armada Majapahit mendarat di Tanjungpura, menundukkan Sambas, Banjarmasin, Pasir, dan Kutai.

Dalam waktu 7 tahun setelah dikumandangkan "Sumpah Palapa", seluruh Sumatra, Semenanjung Melayu, Kalimantan, dan pulau-pulau di sekitarnya sudah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Armada Majapahit dengan kekuatan 40.000 prajurit menjadi sesuatu kekuatan dahsyat tak ada tandingannya di Asia Tenggara ketika itu di masa kejayaan Majapahit. Dengan demikian, Nusantara bagian barat sepenuhnya sudah bersatu di bawah panji kerajaan Majapahit, kecuali Kerajaan Sunda.

Tahun 1343 / Bali diserang dan berhasil ditaklukkan Kerajaan Majapahit. Serangan oleh armada Kerajaan Majapahit ini di bawah komando Mahapatih Gajah Mada.

Tahun 1343 / Mahapatih Gajah Mada dibantu oleh Laksamana Nala memimpin armada laut Majapahit dengan kekuatan 3.000 prajurit menuju wilayah timur Nusantara untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan yang bersikap dingin atau mencoba melepaskan diri. Kerajaan itu antara lain: Bali, Lombok, Sumbawa, Seram, Sulawesi, Dompo. Seluruh wilayah timur Nusantara telah disatukan, termasuk Pulau Irian, Sanggir Talaud, sampai Kepulauan Filipina Selatan. Pasukan kekuatan Majapahit tidak semuanya berasal dari pusat pemerintahan. Namun, hampir dua per tiga justru berasal dari Kerajaan Melayu dan gabungan beberapa dari kerajaan di wilayah Jawa yang sudah mengakui kekuasaan Kerajaan Majapahit.

Konon rahasia kekuatan laut Majapahit sejak jaman Gajah Mada yaitu terletaknya pimpinan yang dipegang oleh Mpu Nala sebagai panglima tertinggi.

Mpu Nala dalam membangun kekuatan laut yang tersohor kala itu, beliau menemukan sejenis pohon raksasa yang dirahasiakan lokasinya, untuk membangun kapal-kapal Majapahit yang berukuran besar di masa itu.

Persenjataan kapal-kapal Majapahit berupa meriam Jawa. Konon Gajah Mada kecil pernah diasuh oleh tentara Mongol yang dikirim Kublai Khan menyerbu Jawa guna membalas penghinaan yang dilakukan oleh Prabu Kertanegara mencoreng-coreng wajah utusan Tiongkok yang menuntut agar Singosari tunduk di bawah kekuasaan Tiongkok. Gajah Mada diajarkan oleh pengasuhnya orang Mongol itu mengenai prinsip senjata api sederhana.

Selanjutnya Gajah Mada mengembangkan senjata api itu untuk mempersenjatai kapal-kapal perang Majapahit ciptaan Mpu Nala yang istimewa itu, hingga mampu merajai wilayah di perairan Selatan (Nan Yang).

Keturunan Mpu Nala terus melanjutkan kepemimpinan militer Majapahit. Mpu Nala II tidak segemilang pendahulunya apalagi militer laut sudah demikian parah dalam melakukan tindak korupsi di wilayah kekuasaan masing-masing, sehingga rakyat tidak lagi menghormati kekuasaan pemerintahan pusat. Dan menurunkan wibawa Majapahit di kalangan kerajaan taklukannya.

Di masa kehancuran itu Mpu Nala II tidak segemilang pendahulunya. Sehingga seperti yang terjadi kemudian, kekuatan laut yang tersohor di Nan Yang itu saling bertempur satu kapal dengan kapal yang lain.

Salah satu kisah peperangan Empu Nala :
Tahun 1350, Laksamana Nala mengadakan ekspedisi ke Nansarunai dengan menyamar sebagai nahkoda kapal dagang. Di Nansarunai ia memakai nama samaran Tuan Penayar dan bertemu dengan Raja Raden Anyan, bergelar Datu Tatuyan Wulau Miharaja Papangkat Amas, serta Ratu Dara Gangsa Tulen.

Laksaman Nala sangat kagum melihat begitu banyak barang-barang terbuat dari emas murni, ketika ia dipersilahkan untuk melihat-lihat perlengkapan pesta adat di ruangan tempat bermusyawarah. Yang sangat dikagumi oleh Laksamana Nala, ialah sokoguru balai adat yang terbuat dari emas murni juga dimana dibagian atasnya bermotif patung manusia.

Setelah kembali ke Majapahit, Laksamana Nala berpendapat, untuk menundukkan Nansarunai, harus dicari kelemahan Raja Raden Anyan yang mempunyai kharisma kuat. Pada pelayanan berikutnya, Laksamana Nala membawa serta seorang panglima perangnya yang bernama Demang Wiraja dengan memakai nama samaran Tuan Andringau, serta beberapa prajurit dari suku Kalang. Hasil pengamatan Demang Wiraja dilaporkan kepada Laksamana Nala.

Demikianlah pada awal tahun 1356, Laksamna Nala datang lagi ke Nansarunai dengan membawa serta istrinya bernama Damayanti. Sewaktu kembali ke Majapahit, sengaja Laksamana Nala membiarkankan isterinya tinggal di Nansarunai. Damayanti berwajah sangat cantik dan pribadinya menarik.

Pada tahun 1356 itu, terjadi kemarau panjang, sehingga Raja Raden Anyan secara kebetulan bertemu dengan Damayanti di sumur yang khusus diperuntukkan bagi anggota keluarga kerajaan. Pertemuan pertama berlanjut dengan kedua dan demikian seterusnya, sehingga Damayanti melahirkan seorang anak perempuan, lau diberi nama Sekar Mekar.

Pada awal tahun 1358, Laksamana Nala datang ke Nansarunai dan menemukan isterinya sedang menimang seorang anak perempuan. Damayanti yang memakai nama samaran Samoni Batu, menerangkan bahwa anak yang ada dipangkuaanya itu adalah anak anak mereka berdua. Dan Laksamana Nala percaya saja akan apa yang telah dikatakan oleh isterinya itu.

Ketika kembali ke Majapahit, Damayanti beserta anaknya dibawa serta, alau tinggal dipangkalan aramada laut Majapahit di Tuban. Beberapa bulan kemudian, Laksamana Nala secara kebetulan mendengar isterinya bersenandung untuk menidurkan puterinya dimana syair-syairnya menyebutkan bahwa Sekar Mekar mempunyai ayah yang sebenarnya ialah Raja Raden Anyan.

Bulan April 1358, datanglah prajurit-prajurit Majapahit, dibawah pimpinan Laksamana Nala dan Demang Wiraja menyerang Nansarunai. Mereka membakar apa saja termasuk kapal-kapal yang ada di pelabuhan dan rumah-rumah penduduk. Serangan itu mendapat perlawanan gigih prajurit-prajurit Nansarunai walaupun mereka kurang terlatih.

Menurut cerita, Ratu Dara Gangsa Tulen bersembunyi dipelepah kelapa gading bersenjata pisau dari besi kuning, bernama Lading Lansar Kuning. Ia banyak menimbulkan korban pada pihak musuh sebelum ia sendiri gugur. Raja Raden Anyan dalam keadaan terdesak lalu disembunyikan oleh para Patih dan Uria kedalam sebuah sumur tua yang sudah tidak berair lagi. Diatas kepalanya ditutup dengan sembilan buah gong besar, kemudian dirapikan dengan tanah dan rerumputan, agar tidak mudah diketahui musuh.

Ketika keadaan sudah bisa dikuasai oleh pihak Majapahit, Laksamana Nala memerintahkan Demang Wiraja untuk mencari Raden Anyan hidup atau mati. Atas petunjuk prajurit-prajurit suku Kalang yang terkenal mempunyai indera yang tajam, tempat persembunyian Raja Raden Anyan akhirnya dapat ditemukan.

Raja Raden Anyan tewas kena tumbak Laksamana Nala dengan lembing bertangkai panjang. Peristiwa hancurnya Nansarunai dalam perang tahun 1358 itu, terkenal dalam sejarah lisan suku Dayak Maanyan yang mereka sebut Nansarunai Usak Jawa.

Dalam perang itu telah gugur pula seorang nahkoda kapal dagang Nansarunai yang terkenal berani mengarungi lautan luas bernama Jumulaha. Ia banyak bergaul dan bersahabat dengan pelaut-pelaut asal Bugis dan Bajau. Untuk mengenang persahabatan itu, maka puterinya yang lahir ketika ditinggalkan sedang berlayar, diberi nama berbau Bugis yaitu La Isomena.

Prajurit-prajurit Majapahit yang gugur dalam perang tahun 1358 itu, diperabukan berikut persenjattan yang mereka miliki, didekat sungai Tabalong yang dikemudian hari dikenal dengan sebutan Tambak-Wasi. Tambak arti kuburan dan Wasi artinya besi dalam bahasa Maanyan kuno. Sehingga Tambak-Wasi artinya adalah kuburan yang mengandung unsur besi.

KUNJUNGAN TAMU CHINA DI KERATON IBU MAJAPAHIT NUSANTARA

Sabtu, 28 Agustus 2010
19-8-2010 Malam jam 20.00 WITA Bunga Wijaya Kusuma di Keraton / Pura Ibu Majapahit Jimbaran Bali Mekar, 2 Pohon yang teletak didalam Pot / Tempat Bunga, Mekar 3 buah dan 4 buah di pohon satunya Gambar diatas, ini juga bertepatan Kedatangan Tamu dari China Guang Dong yang dipimpin  Shang Hua Zong yang datang khusus ingin Berdo'a di Pura Ibu / Jin Guang Si Candi Jien So Jien Yen Kwan Sei Yin Po Sa Mancupaik atau Parwati / Durga Tangan Seribu yang Internasionalnya disebut Avalokitesvara Majapahit dan Para Tamu dari China sangat terkesan dengan Musium Pura Ibu yang masih memiliki Batu Giok Zaman Dinasti Ming, Juga Patung Kura Kura dari Giok yang bertuliskan huruf China Kuna yang menjadi Dasar Pagoda juga Uang Kepeng China yang sudah Ribuan tahun usianya bekas Sesari yang masih lestari.

Kala itu Malam Jum'at Kliwon yang dipercaya Orang jawa "Dino Wiwitan" Pasaran dan Neptunya adalah 1 Mekarnya 7 Bunga Wijaya Kusuma, Dan Puro Janggala habis nelpon minta Restu Upacara, Menurut Cerita Bunga wijaya Kusuma adalah Milik Dewa Wisnu, dimana dalam Cerita ketika Arjuna Tewas minum Air sungai beracun lalu Bhatara Kresna menghidupkan lagi dengan Bunga Wijaya Kusuma yang sedang Mekar 7 buah di Pura Ibu Majapahit Jimbaran Bali bertepatan Malam Jum'at Kliwon. Yang di Jawa Jum'at Kliwon dianggap hari Sakral, dan banyak yang Tumpengan Nyuguh Leluhur Wiwitan / Kawitan asal usul Manusia atau Lingga Yoni.

Tamu dari China ini diajak meninjau Candi Buda di Kali Buk Buk Singaraja yang juga Situs Peninggalan Budha abad IV Masehi, juga berdo'a di Patung Ganesa Terbesar dan tertinggi di Asia yang diresmikan Brahmaraja Wilatikta XI selaku Raja Abhiseka Kerajaan Majapahit dan Sukmawati Putri Bung Karno selaku Pendiri Negeri ini juga Tokoh Tokoh Dunia yang diabadikan dalam Prasasti Batu Marmer 2006, Serta Mandi di Laut Selatan Bali, dimana Laut Selatan ini dipercaya Orang China Tempat Dewi Kwan Im / Nan Hay Niang Niang, Dimana Putri ke 3 Raja Miao Ciang  yang bernama Miao San bertapa di Gua Kwan Im, dan setelah Mokswa pada usia 17 tahun, tinggal di Bu To San Mali, Pulau penuh Buta di Mali / Bali, Ejaan Hok Kian Bing dibaca China Utara Ming, jadi Mali dieja Bali contoh lain Mlambangan dieja Blambangan. Dan di Selatan Bali dipinggir Laut paling Selatan ada Gua dan ada Pelinggih Ratu Mas nya atau Gua Dewi Kwan Im.

Jadi di China sejak kecil sudah mengerti Sejarah "Mancupaik" atau majapahit dengan Bhinneka Tunggal Ika atau Jien Min Cu Ik {Ribuan tapi satu} yang di Taiwan San Min Cu Ik seperti Bung Karno menyingkat Pancasila jadi Tri Sila {Tiga atau San jadi Min satu Ik} Karangan Tan Tu Lay / Chen Cu Lay / Tantular yang universal dan bisa menyatukan berbagai Suku, Ras dan Agama {SARA} di China dan Indonesia yang dipakai Dasar Negara dan disebut Pancasila, malah nama Indonesia tidak di kanal jelas Mr. Ye Ceng dari desa Zen Zen Guang Dong menunjuk Anaknya yang usia 8 tahun tapi kenal Mancupaik / Majapahit Penguasa Nan Hay atau Laut Selatan tempat Dewi Kwan Im yang di Bali dikenal Ratu mas atau Sang Penari . Dan Banyak Pelinggih nya, dimana yang sangat Jelas Permaisuri Brahmaraja yang juga Putri Raja Miaoli bernama Yulan dimanivestasikan Ratu Mas Magelung / Dewi Kwan Im / Sang Penari. Dan Pelinggih Meru Tumpang 3 nya ada di Pura Terbesar di Dunia yang masih di Upacarai tanpa putus sejak 1343 Zaman Majapahait yaitu Pura Besakih dikaki Gunung Agung, juga Meru Tumpang 11 [Sebelas] Brahmaraja masih berdiri Tegak sejak 1343 Era Kedatangan Arya Damar, Arya Kenceng dan Gajah Mada di Bali.

Kebetulan Ketika habis berdo'a di Ganesa, Mr. Kala Karel Gunter Meyer Pemilik Lahan Ganesa pun tiba dari Denpasar dan langsung menyalami Brahmaraja XI yang lama tidak berkunjung ke Singaraja sejak Peresmian Ganesa 2006 dimana Sri Brahmaraja Wilatikta XI selaku Raja Abhiseka Kerajaan Majapahit dan Sukmawati Sukarnoputri selaku Wakil Keluarga Besar Bung Karno Pendiri Negeri ini Menanda Tangani Peresmian dalam Satu Prasasti dan Tokoh Tokoh Hindu Dunia Termasuk Gunter Meyer sendiri juga ikut menanda Tangani Peresmian dilain Prasasti dan semua Prasasti di Tanam dihalaman Musium yang juga Dasar Patung Ganesa hingga bisa disaksikan Dunia yang beberapa waktu yang lalu 128 Kapal Layar dari Seluruh Dunia sempat singgah di Pantai Lovina melihat Patung ini dan Hotel Milik Mr. Kala Meyer yang terluas di Lovina dengan nama "Melka" juga dilengkapi ikan Lumba-Lumba ini, kini penghunian Tamunya sudah 90% tiap harinya dan 100% pada hari Libur, kemudian Rombongan dari China bersama Brahmaraja XI dijamu Makan dan Minum di Restauran Ganesa dan banyak ngobrol melepas kerinduan selama berpisah, dan Tamu dari China pun ikut ngobrol yang diterjemahkan Mr. The Hwe dari Hokian Fuk Jing, yang fasih berbahasa Indonesia karena Beliau Hwa Jiao.

Rombongan juga mampir di Kintamani melihat Gunung Batur Kawahnya berasap masih aktif ditepi Danau yang luas yang mendapat Predikat Pemandangan Ter Indah di Dunia, dan karena singkat nya waktu dan menjelang malam Rombongan tidak bisa mampir ke Para Keturunan Majapahit setempat, dan Rombongan yang di Sopiri Gusti Kadek SH Keturunan Tegeh Kori ini melanjutkan perjalanan ke Pura Ibu Majapahit Jimbaran untuk Makan malam yang dibuat oleh Para Tamu dari China dengan sebutan Cung Kwok Jai yang dinikmati Para Pengunjung Pura malam itu, dan direncanakan Sabtu pagi ini akan ke Pantai Kuta. Dimana Dewi Kwan Im Pernah di Upacarai Odalan hingga Ibu Cok Kerauhan Dewi Kwan Im berbahasa China [Radar Bali] oleh Hotel Wina juga Melasti beberapa waktu yang lalu ketika Pratima Nyejer di Hotel milik Mr. Winada dari Tabanan dan pernah membawa Gamelan Gede nya ke Trowulan untuk mendapat Taksu, yang juga Brahmaraja pernah tinggal di Hotel Pantai Kuta ini bersama Pratima Dewi Kwan Im yang kini sudah ber Stana di Pura Ibu Majapahit Jimbaran Bali secara Permanen serta Ngenteg Linggih, Odalan dan Caru nya di Puput Tri Sadaka [Pendeta Siwa, Budha dan Bujangga] dan dihadiri serta Darma Wacana Prof. Drs. Subagiasta MBA dari Parisada Hindu Darma Indonesia yang ahli Lingga dan Yoni yang sering Tampil di TVRI untuk menjelaskan Tentang leluhur yang disimbulkan Lingga Yoni., juga Utusan berbagai Negara ikut hadir.

Dan hingga kini Pura Ibu sudah 5 X Odalan tiap Budha Kliwon Gumbreg Enyitan yang dipuput Ida Pedanda Prof. DR. Narendra Telabah yang dulu sering ke Trowulan, Odalan dengan Upacara Nyegara Gunung oleh Para Pemangku Tri Kayangan Jagat Jimbaran dengan Banten Terlengkap agar Upacara Sempurna Aturan Ngayah dari Mr. Lakon Pengusaha Taxi yang Kerabat Bendesa Adat Jimbaran yang juga sering Mendak Tirta ke Trowulan hingga sekarang itu Sang Bendesa Adat, juga Sumbangan Tari Legong Keraton dari Gusti Susila Jelantik dan Ibu dari Puri Karang Asem Bali yang pernah Mengundang Pratima ratu Mas ke Puri di Karang Asem dan Njejer di Tirta gangga untuk di Upacarai bahkan kalau mau di Karang Asem tinggal milih tempat untuk Pelinggih nya Ratu mas,

Juga Aturan Ngayah Caru Gede Budha Keling dan Caru Bali Mula oleh Guru Dewa Wijaya Pura Tuluk Biyu Kintamani yang Mangku nya Guru Jero Wacik dan kini Mentri Kebudayaan dan Parawisata, Gamelan Gede Gusti Surya Puri Sudaji Buleleng juga Gamelan setempat, Agni Horta Aturan Ngayah oleh Gusti Latria Adik Pahlawan Letkol Wisnu yang namanya dipakai Lapangan Terbang di Singaraja serta Ketua Kayangan Jagat Puri Surya majapahit Buleleng, Penyineban Ratu Mas oleh Ida Pedanda Istri Ratu Mas Gianyar yang berusia 126 tahun serta membuatkan Banten Khusus Penyineban oleh Beliau serta memberi Tirta Khusus kepada Brahmaraja, juga Aturan ngayah Banten dan Caru dari Gede Susila Trah Dalem Tarukan Tirta Gangga, Dari China juga didatangkan Sesaji Khusus Adat Ibu Budha dan Lilin yang bisa menyala 1 tahun,  dikoordinir Go Sik Kian dan Marga Go dari China dan Taiwan.

 Juga ada Upacara Pewintenan atau Dwijati kepada Pendeta majapahit GRP {Gusti Raden Panji} Prawiradipura yang juga mendapat Penghargaan sebagai Pamong Budaya dari  Kanjeng Gusti Pangeran Arya {KGPA} Sontodipuro dari Puro Magkunegaran Solo yang Pusat Lembaga Pelestari Kabudayan Jawi {PLKJ} dengan menganugerahkan Bhakti Award 2010 kepada Pria Kurus Ceking berambut Panjang dan digelung ala Resi relief Candi yang gemar Tirakat itu bahkan upacara "Mati Sak Jroning Urip nya" malah dikubur hidup hidup sesuai adat Jawa yang ditambah Sesaji Bali dari Ida Pedanda  Siwa dan Budha, jadi Beliau Upacara nya Terlengkap sebagai Pandito Mojopahit masa kini. dan Sang Pandita lalu meruwat Tamu dari Seluruh Dunia didepan Pratima Ganesa-Kala yang meminta Ruwatan di Pura Ibu Majapahit Jimbaran termasuk AA Ngurah Darmaputra SH,  Ida Pedanda Telabah, Gusti Subawa Pensiunan Persatuan Guru Republik Indonesia {PGRI} yang juga Ahli Banten Odalan Majapahit yang nyumbang Banten Odalan Pura majapahit Garuda Wisnu Kencana [GWK] 5 X tiap Purnama V 2003-2008 dan dipuput Beliau sendiri sebagai Pendeta Budha dan Ida Pedanda Bang Buruan Manuaba, Ida Pedanda Wanasari, Mangku GWK, Mangku Budi Busung Biyu, Mangu Dalem Mengui nyumbang Banten dan Bale Ganjur, Mr. Winada nyumbang Banten dan Gong Gede, Gusti Madan Puri Sunantaya Trah Arya Damar menyumbang Banten Srada satu-satu nya Banten yang hanya Beliau ahlinya yaitu "Srada" dan Gusti Kukuh Putra Gusti Madan Ngayah membuat Relief Kala di Candi GWK, Gong Giri Darma Ungasan, Barong Ket Jimbaran, Topeng Ubud, Joget Bumbung Ungasan, Wayang Calonarang dan Ceng Blong Mengui, Barongsai Kongco Kuta, Caru Bali Mula Pura Tuluk Biyu, Agni Horta Gusti Latria, Barongsai Kongco Tanah Kilap Dll Aturan Ngayah Para Penyungsung Majapahit yang tidak bisa disebutkan satu persatu,

 Dan 2001 Gusti Subawa juga membuat Banten Odalan ke Pura Majapahit Trowulan dipuput Ida Pedanda Made Gunung dari Parisada Hindu Darma Indonesia {Ketua PHDI Bali}, Ida Pedanda Basuki {Ketua PHDI Badung} dan Prof. DR. Narendra {PHDI Pusat Jakarta}, Beliau Gusti Subawa yang Guru dan Pakar Banten Odalan Majapahit ini Ruwatan sekeluarga, juga ikut di Ruwat Mangku Bima Mananda dari Pura Majapahit Puri Tegal yang 1993 Mendak Pratima Ratu Mas di Wilatikta Keprabon Jawa dan di Stanakan di Pura majapahit Beliau di Puri Tegal Jematang Badung Bali, dan Mangku Bima serta Umat nya banyak membantu Odalan di GWK Dll, serta Pura Ibu Majapahit juga di Kunjungi Putra Putri Bung Karno, Delegasi Rusia, China, India, Duta Wisata Indonesia dll penjuru Dunia.

Selama Melihat Bali Tamu dari China mendapat sambutan Masyarakat dan dianggap leluhur, karena upacara di Bali masih menggunakan Uang Kepeng China, dan yang dari China pun heran melihat Sesaji di Pedesaan masih menggunakan Uang China Kuna dan ketika dilihat ditiap timbunan Kering bekas Sesaji, banyak terdapat Uang China biarpun dari Ring dan tidak ada Tulisan China nya tapi menunjukkan Uang China dengan Lobang segi 4 nya juga ada Pura "Bali Kang" Pelinggih Dewi Kang Cing Hwi Permaisuri Raja Bali Sri Jayapangus, Putri dari Kang Jing Kang jelas Pekak penjual Es Campur di Kubu Tambahan sambil banyak Cerita tentang "Syah Subandar" sebutan Leluhur "Kang" dari China dan selalu Hadir secara Kapeselang / Kerauhan bila ada Upacara Odalan juga Mr. Kala Gunter Meyer [Foto diatas] dari Jerman yang Percaya Tentang Dewa di Bali dan memang ada hingga Warga Jerman ini betah tinggal di Bali membangun Hotel di Lovina Pantai Utara Bali serta mengawini Wanita Bali dari Mengui dan menghasilkan seorang Putri mungil yang cantik.

Juga ketika membahas Pulau Buto San Brahmaraja menjelaskan bahwa Butosan adalah Bali dan letaknya di Laut Selatan / Nan Hay, Sedang China Laut selatan nya milik Thailand, Siam dan Indonesia. Jadi Bali / Mali adalah Butosan dimana Tiap Pantai ada Pura Ratu Mas nya dibuatkan Pelinggih dan selalu di Upacarai dengan Uang China Kuna yang ada Rambut Sedana nya terbuat juga dari Uang Kepeng Kuna yang belakangan banyak diincar Pencuri karena mahal harganya hingga di Koran Bali Post banyak diberitakan Hilangnya sejumlah Pratima dan Rambut Sedana serta Uang Kepeng di Pura Pura Bali seperti berita terakhir Pura Barong Nusa Dua. yang dicuri Pratima nya. Dan ini memang Nyata, Ratu Mas atau Dewi Kwan Im atau Putri Laut selatan sangat di Hormati, bahkan di Hotel Pelabuhan Ratu Laut Selatan Jawa barat  pun Ratu Mas Penguasa Laut Selatan dibuatkan kamar khusus. Dan kebetulan di Pantai Laut Paling Selatan Bali ada 2 Gua yang dipercaya tempat Pertapaan Miao San yang dikenal Sang Penari dan di China disebut Dewi Kwan Im. Dalam Gua ada Pelinggih Kuna ini membuat Orang China makin Percaya bahwa Bali adalah Pulau yang disebut Bu To San Stana Dewi Kwan Im Avalokitesvara, Demikianlah Cerita Brahmaraja XI yang cukup Nyata disertai Contoh Gua Ilmiah untuk membanggakan Bali dan Indonesia umumnya yang masih Percaya adanya Dewi Kwan Im Nan Hay Niang Niang atau Putri Laut Selatan, dan menunjukkan nya Banyak nya Pelinggih Ratu Mas ditiap Pantai Laut Selatan Bali yang penuh Sesaji dan disertai Uang kepeng China.

Demikianlah Brahmaraja XI menerima Tamu dari China dan mengajaknya keliling melihat Bali dan memberi Penjelasan Tentang Adat Kepercayaan majapahit yang Siwa Buda dan masih memakai Upacara secara Lengkap sesuai Lontar Mpu Kuturan yang Bagawanta Budha dari majapahit, Dan Upacara itu Lestari hingga detik ini yang menjadi Perhatian Dunia, Jadi Sesuai Kata Bung Karno, Kalau ingin tahu majapahit lihatlah Bali yang ditirukan Sukmawati Putri / Sukma Bung karno dalam Pidatonya di Pura Ibu majapahit Jimbaran bali, Sedang Upacara di Jawa juga masih Percaya Sesaji, Ruwat Desa, Larung sesaji di Laut, Adat Kejawen yang juga masih Lestari dan kini di Era Reformasi mulai digalakkan, Biarpun 1965-1966 sempat dilarang bahkan Klenteng Tempat leluhur dari China juga dilarang kegiatan, Hingga di Era Presiden Gus Dur 1999 dibebaskan kembali, Tapi disebagian Tempat Kejawen dianggap Sesat dan sanggar nya di Hancurkan seperti Sapta Darma di Jogja Oleh yang mengaku Pembela Islam, Juga Orang Kristen Sembahyang di Tanah nya Sendiri diserbu Front Pembela Islam [FPI] disiarkan TV. Agustus 2010 ini. Dan sampai hari ini masih di Perdebatkan di TV apakah kita sudah jadi Negara Islam atau masih Negara Pancasila.

[Team Wartawan Photo Majalah Independen]

KERIS DAN KEBERADAANNYA DI BUMI NUSANTARA

Kamis, 24 Juni 2010


KERIS menurut Ida Pedanda Gde Made Gunung adalah PRATIMA,jadi Sangat di Sakralkan, di Upacarai pada Tumpak Landep dan di Odali dengan Sesaji sebagai mana mestinya. Keris dibuat oleh Empu dengan cara Pati Geni atau tidak memakai Api Tapi di Pijit Pijit hingga berbentuk Keris dan bekas Jari Sang Empu masih melekat pada Bilah keris, Pada malam tertentu Hingga Tampak Bintang Rasi Tertentu pula mungkin Bintang Calon Pemilik Keris Sang Empu berada di Wuwung Rumah Sambil memandang Bintang membentuk Keris dengan tangannya bila Bintang Hilang kegiatan dihentikan, Keris tersebut Juga di Isi dengan Mantra Mantra yang disebut Mantra Anymisme dan Dinamisme yaitu Benda diberi Kekuatan dan dipercaya punya kekuatan, Benda di Beri Roh dan kemudian dipercaya mempunyai Roh dan Hidup ini Kepercayaan nenek Moyang Kita Zaman Dahulu lalu dipakai Para Empu yang juga Pertapa dan Abadi tidak Bisa mati jadi Dewa lihat Film Kera Sakti dari China dimana ada Dewi Kwan Im dan Para dewa dewi bahkan Raja Langit, Laut Timur, Raja Bumi dll. Juga ada Berbagai Pusaka untuk berbagai Kegunaan seperti Pratima,  Jadi Sebuah Keris Tentunya punya Kekuatan Metafisika, juga Bahannya "meteorit" Dimana bila ada Sinar CLOROOOOOT jatuh ke Bumi Sang Empu mengejar dan me mungut nya untuk PAMOR Keris, Hingga Keris mengandung Radio Aktif bahkan mengandung Nuklir hingga bisa menghidupkan Lampu Neon tanpa Trafo di Gebyar Mistik 2000 di Hotel Satelit 1996, Jadi keris adalah Benda Superior Buatan Empu yang hanya ada di Nusantara sudah diakui UNASCO bahwa Keris adalah hasil Karya Empu kita. Jadi Jelas bila di Pegang atau di Upacarai Roh nya Turun dan bisa bikin KERAUHAN

Seperti Peristiwa di Pura Besakih 1-1-2010 dimana Para Gadis bisa Menari dalam keadaan Trans, Padahal Banyak Pusaka yang ikut ke Pura Terbesar di Dunia yang masih di Upacarai selama 1000 tahun ini. Jadi marilah Kita bangga dengan hasil Karya Para leluhur Kita yang dikagumi Dunia biarpun sebagian besar masyarakat kita tidak percaya karena menganut Buku Arab yang Paling Benar dan Memang Benar mengalahkan Ilmu apapun di Dunia ini dan Menganggap Keris adalah barang yang di haramkan [Rubrik Halal dan Haram Trans TV minggu] atau Musrik dan Syirik "....Majelis Ulama malah tidak tahu, karena yang dibaca hanya Quran" ucap Gus Dur mengeritik MUI disiarkan  ulang di TV ONE  4-1-2010

Jadi inilah Ilmu kita yang juga sudah di BUKU kan olleh Para Pakar Keris termasuk Empu Soegeng Wijono dari Jogja yang Memberi Nama semua Keris Pura majapahit yang sejak 1-1-2010 di Pamerkan di Gedung Musium Pura Ibu Majapahit Jimbaran, Pameran ini menampilkan Sepasang Keris [Twin Exbition]

Jadi puluhan Pusaka dan Meteorit yang Sepasang atau Kembar, Jadi dengan memiliki Pusaka  Kembar tidak terjadi Efek Sampingan Karena kalau Punya sebuah Keris Ternyata Keras dan Panas Maka pemilik biasanya Keluarganya Sakit Sakitan karena tidak di Upacarai sebagaimana mestinya atau tidak pernah diberi Sesaji ini yang disebut Setan oleh Agama Islam dan Musrik lalu Keris harus di Buang atau di Larung, Tapi bila punya Sepasang tentunya ada Peredamnya jadi Yang Panas diredam Keris yang Dingin demikian seterusnya dan sebaliknya, Jadi Keris adalah Hasil Karya yang ADILUHUNG hingga di Kagumi Dunia Bahkan di Koleksi hampir Seluruh Dunia Penggemar Keris, Jadi di Bali Keris adalah Pratima dan Adat bali memang tidak Boleh di Pamerkan, Pameran Pertama Keris di Bali adalah Hyang suryo, Hingga sudah diberitakan berbagai Media Sebab dan Mengapa Pameran itu.

Kita harus memperkenalkan Karya Para Empu kita pada Generasi Muda agar tahu akan Kehebatan Karya leluhur, Tapi Pameran di Bali juga selalu di Beri sesaji bahkan di Odali pada Tumpek Landep dan Pernah Terbukti Keris Gajah Mada bisa Merontokkan Pohon Beringin di Puri Anom Tabanan bali [Jawa Pos Radar Bali Juli 2004], Menolak Hujan di Besakih 1-1-2010 yang membuat Kagum Ribuan Undangan dan delegasi Manca Negara [World Hindu Youth Organization] juga Touris yang kebetulan datang hingga Mereka mengakui Majapahit masih Ada dan Raja majapahit Sri Wilatikta Brahmaraja XI Menaksu Tapel Sekaligus Menghibahkan nama "SRI WILATIKTA" kepada Pemuda Terpandai di Dunia dan DOKTOR serta REKTOR Termuda di Dunia yang Percaya Pada Pratima dimana Pratima Siwa Parvati dan Durga Mahisa Nandini berani di masukkan Kampus Mahendradata untuk di Upacarai Padahal Para mahasiswa nya terdiri dari berbagai Suku, Ras dan Agama [SARA].Yaitu Pemuda Wedakarna yang juga Ketua Pemuda Hindu Seluruh Dunia.yang Keturunan Raja Bali Majapahit.

Sebetulnya Roh dari Keris bisa dilihat seperti di Foto keluar NAGA nya, Roh ini tanpa Keris memang sudah ada Menjadi Pelindung, Tapi agar Bisa menetap Maka oleh Empu dibuatlah Keris Rumah Naga dan naga sebagai Roh nya hingga bisa dibawa bawa untuk Piandel, Adat Jawa Pria harus Punya Keris, Dan Jaman majapahit Keris memang selalu di Bawa Bawa, Bung Karno pun selalu membawa Keris yang didalam Tongkat Komando nya yang tak pernah Lepas dan selalu dibawa malah Tongkat Komando Bung Karno ini bisa mendatangkan Hujan, Sebelum Keluar Bandara Tuban [sekarang Ngurah Rai] Bung Karno menghunus Kerisnya dan Komat Kamit sebentar tak lama Turun Hujan lalu Bung Karno dengan Mobil terbuka diiring Para Pengawal meninggalkan Bandara dan jalan basah bekas Hujan jadi tidak ber DEBU Mobil Bung Karno pun aman tidak terkena Debu karena Mobil nya Kap Terbuka, Masyarakat sepanjang Jalan menyambut Beliau membawa Bendera merah Putih Kecil, dan bila terburu buru dan memakai Mobil tertutup tentunya Bung Karno tidak perlu mencabut Keris untuk mendatangkan Hujan untuk menghilangkan Debu Jalanan, Jadi Inilah Anehnya Keris yang bisa mendatangkan Hujan dan Pasangan Keris ini Tentunya bisa Menolak Hujan. Ada juga Keris kalau dihunus Datang Angin Ribut atau mengundang Bhatara bayu.untuk mendatangkan "Angin Agung Aggergisi" maka robohlah Pohon Pohon dan Rumah maupun Sekolah [TV 2/1]

Dahulu Keris ada Lontar mantra nya, Tapi karena pemilik sudah Hafal Mantranya jadi Lontar disimpan atau ada yang sengaja dibakar agar Orang lain tidak bisa menggunakan lagi, jadi bila di pegang Orang yang tidak Tahu Mantra / Pasword nya Keris ini tentunya tidak berguna hanya sebagai Koleksi saja. Keris bila diketahui Mantranya bisa Terbang mengejar musuh, Ini Oleh Pakar dunia diakui Keris adalah Nenek Moyang nya Peluru Kendali yang juga pakai Pasword untuk meng aktifkan , Jadi Cikal Bkal Peluru kendali Adalah Keris, jadi kita patut Bangga bahwa Hasil Karya Empu Kita adalah Asal Mula atau "kawitan" Ilmu Tehnologi Masa Kini yang diakui Dunia, Hanya saja karena Pemilik Tehnologi justru tidak mencintai Hasil Karya Leluhur dan Tanah Airnya karena hanya belajar Kitab Arab tadi tanpa mau belajar Kitab kita sendiri, Bahkan malah kitab Sendiri dimusnahkan dinggap Musrik, Contoh Buku Buku China yang ber Pengetahuan Tinggi malah dilarang dianggap Kitab Komunis Tidak ber Tuhan, Buku Buku Bung Karno yang mengajarkan Cinta Tanah Air [Nasionalisme] Penyatuan NASONAL-AGAMA dan KOMUNIS juga dilarang dianggap PKI, Buku Buku Tan Khoen Swie Tentang majapahait ber Aksara Jawa mengajarkan Mokswa pun dilarang dianggap Melecehkan Islam, Lha ini kita jadi Bangsa yang Bodoh jadi kalau 1965 umur 10 tahun 2010 kan 60 tahun Lalu Umur sekian ini sangat Minus dan tidak mengerti apa apa ngertinya Kitab Arab ya kita maklum dan menyadari hingga kita jadi bangsa Budak dan Tolol di Bumi juga tidak punya Jati Diri, Jadi saat ini kita sedang mulai dari NOL untuk kembali menjadi "JAWA" malah Orang Asing yang disebut Jawa "Kok Jowe men Chino iku...." ada lagi "Kok Jowomen Londo iku..." di Jokja Oreng Bule sangat Fasih bahasa Jawa Halus, Lomba Gamelan yang Menang Group / Seke Bule dari New Zelan, djadi Orang baik malah bukan Orang jawa "Masya allaaaah Wong Jowo kok gak Jowo..." Kata embah Putri melihat Istri di Kontrakkan Orang Arab sambil urunan Uang untuk berobat cucunya yang tertular sakit Kelamin Arab akibat di Konrakkan. Jadi inilah Contoh bahwa kita tidak Cinta pada Budaya Adat yang Adiluhung.malah cinta Arab.

Jadi inilah Cerita KERIS Pusaka Leluhur yang masih Eksis dimiliki Segelintir Kolektor, Atau kalau di Bali masih di sakral kan ditaruh di Pura / Mrajan dan di Upacarai tiap hari tertentu dan di Odali waktu hari Tumpak Landep, Dan masih Punya Roh serta KEKUATAN yang bisa merobohkan Pohon Beringin, Menghentikan Hujan, Menyingkirkan Awan Gelap dengan mendatangkan Angin dll yang patut di Lestarikan agar Generasi mendatang masih punya Peninggalan leluhurnya dan Punya Kebanggaan Bahwa kita Bangsa Yang Besar dan Sakti, sebab di Arab tidak ada Orang sakti hanya Modal Buku Arab kita tertipu,justru Bangsa kita yang Sakti, Lihat itu Kalau Menghancurkan Achmadiah, Kerukunan Agama, Gereja dll Habib Arab nya cuma Satu lainnya ya Bangsa Sendiri yang di Perbudak, Jadi kita hancur karena menghadapi Bangsa sendiri yang tahu Kesaktian kita, Buku Arab hanya mengajarkan bagaimanan Menumpas selain Islam, dan menggunakan Orang kita sendiri, Seperti Penutupan Pura Majapahit Trowulan yang Pusaka Pusaka nya kini di Bali, itu justru Orang Jawa sendiri seperti Kyai Haji [KH] Nurhadi yang Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa [PKB] yang didirikan Gus Dur dan semestinya Melindungi Pura majapahit yang Oleh Gus Dur Adat China saja di Bebaskan dari Belenggu sejak 1966 malah oleh Nurhadi dirubah jadi Partai Kebangkitan Arab dan Menutup Pura Majapahit, juga Nurhadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Mojokerto harusnya melindungi Rakyat malah memerintahkan Imam Karyono Menyerbu dan nge Bom serta gagal lalu menutup Pura Majapahit yang dianggap tidak Berbudaya Arab padahal yang dipakai Nama PKB nya Gus Dur waktu itu hingga bisa duduk di DPRD Mojokerto, ini sungguh memalukan Gus Dur yang sebentar lagi perayaan 7 harinya.dan Berjuang untuk Persatuan Bangsa, Hingga Akibat Penutupan Keris Keris Pusaka di Undang ke Bali, ini Hikmah nya hingga Terwujut Pura Ibu Majapahit Jimbaran dan Pusaka Pusaka majapahit bisa dibuatkan Tempat / Musium hingga tiap hari bisa diberi Sesaji dan Tumpek Landep bisa di Upacarai dan membuat Kerauhan. Demikianlah Cerita Keris Majapahit asal mulanya Pura Majapahit tempat di Simpanya Pusaka Pusaka Keris di Serbu Imam Karyono mau di Hancurkan bahkan di Bom tapi gagal akhirnya di Tutup Camat Trowulan 16 - 11 - 2001 dan kemarin bisa di Undang ke Besakih membuat Kerauhan setelah sebelumnya di Stanakan di Pura Ibu Majapahit Jimbaran.(dok).

BUKTI AGEMAN MAJAPAHIT ADALAH SIWA-BUDHA

Selasa, 22 Juni 2010

UANG CHINA DAN KERIS DITEMUKAN



METRO TV 24-11-2009 Memberitakan telah ditemukan Uang China Besar dan Kecil dan Keris di Terowulan dimana di Jelaskan Hubungan Majapahit dan China terbukti dengan menyatunya Keris dan Uang China, Juga di Beritakan Candi Batu Jaya di Rangkas Dengklok pantai Utara Jawa Barat ditemukan Candi Budha Tertua dari abad 2 dari Bata merah, memang Pantai Utara tidak ada batu Kali jadi Candi dari Bata Merah mirip jaman Majapahit ditemukan 1985, dan 2006 sangat mengejutkan juga di temukan Tengkorak Purba Jenis MONGOLOID jadi Indonesia dan China satu Turunan yaitu Mongol / China Utara, Yang Lucu Ahli Ahli Prancis, Belanda, Thailan Sangat Serius menangani Penggalian ini, Dan mengatakan ini Warisan Dunia dan Cikal Bakal Manusia dan untung mereka belum dididik Agama Suci Islam yang anti Candi dan Berhala, yang mana Candi harus dihancurkan seperti Borobudur yang di Bom. Candi Terbesar di Dunia Batu Jaya ini kini terus digali dan di Pugar agar bisa disaksikan Anak Cucu Dunia kalau dalam Negri sih tidak Tertarik akibat Agama Islam Arab yang Tidak menghargai Orang Mati Lah ,Tengkorak kok di Puja Puja, di Arab sana Nabi Muhammad saja tidak di Puja malah dihancurkan biar hilang dan tidak dikultuskan. inilah Beda Masyarakat kita yang sudah tidak menghargai Leluhur nya akibat Pelajaran Kitab Maha Suci Quran dan Hadist hingga Punahlah Budaya kita yang Leluhur membuat Slogan "AJINING BANGSA SAKA LUHURING BUDAYA" Dihargainya Bangsa adalah dari Keluhuran Budaya nya, Jadi masih Untung Dunia bukan jajahan Islam, masih ada yang menghargai Leluhur hingga Selamatlah Candi Tertua di Pantai Utara Jawa Barat ini biarpun sudah hancur menjadi Bukit Jiwa yang dulu dianggap Angker dan kini dipugar Dunia, Memang Jawa Barat sangat minim Peninggalan Budha nya, Hampir Wilayah Jawa Barat Sudah menganut Islam semua dan masa bodoh dengan Budha yang dianggap Agama Kafir dan sudah Tumpas 500 tahun yang lalu seiring runtuhnya Majapahit Pemersatu, Untung kita masih punya Borobudur Keajaiban Dunia masa lalu, masa kini sudah di Cabut gelar Keajaiban Dunia nya karena tidak Cinta nya Masyarakat Islam Arab Perang Salib yang Keras menegakkan sariat Islam untuk menumpas Adat Budaya kita yang  Kafir dan Borobudur malah di Bom gar tidak menyaingi Kaabah yang diajukan harus dipuja agar Bangsa ini celaka dikutuk Leluhurnya sendiri seperti yang kita lihat masa kini, Tapi biarlah disisi Lain Candi Budha kita yang lama digali dan di Pugar disisi lain Pura Majapahit yang melestarikan Upacara Siwa-Budha di Berangus di Trowulan yang kemarin malah di barat Segaran ditemukan Siwa [Keris] dan Budha [Uang China] bersatu dalam Lobang yang sama dan di Metro TV terlihat Kerisnya Luk 7 masih utuh dan di Cuci digosok gosok sikat oleh Pegawai Purbakala Trowulan membuat Bukti Peradapan China dan Majapahit yang Hilang kini muncul kembali hanya debagai Simbol saja karena untuk menjiwai dan ngerti Sejarahnya sangat sulit karena 500 tahun Otak kita dicuci Arab Padang Pasir Zaman Perang Salib yang kerjaannya Mengahancurkan Adat Budaya kita yang Adiluhung dan membodohkan kita agar buta Sejarah dan agar terus goblok dengan mengawasi dan mencegah Bangkit nya Budaya Majapahit hingga detik ini di semua wilayah Kekuasaannya yang "JAJAH DESA MELANGKORI" ini istilah Orang jawa yang terjajah  jadi binatang dan tidak bisa berbuat apa apa, Gerak sedikit di cap PKI, Komunis padahal sudah ada Peraturan Tidak boleh nge Cap Orang PKI, Juga Peraturan HAM dll tapi akibat Kelicikan Islam yang menutupi Sejarah sendiri mengganti dengan sejarah Arab mengatakan justru Kristen yang Licik [TV] dan kita disuruh membenci Kristen entah siapapun yang licik tapi kita diliciki terus dengan dibodohkan agar Anti Tanah Air, Budaya, Adat yang Adiluhung diganti Adat Arab yang suka Numpas lain Agama dan Kepercayaan dan tidak perlu contoh lagi kan ? ah nanti dikira bohong kalau tidak ada contohnya Tadi Pagi di TV ada Kepercayaan di Daerah Cirebon yang diungkit lagi, Sampai Kapan Kepercayaan Kepercayaan di Negri ini Bebas ? Mereka selalu di kejar-kejar di Tumpas dengan Pelecehan Islam Benar benar naas Penduduk kita yang tidak Boleh berkepercayaan selain Islam Arab yang menang Menumpas Kristen di Timur Tengah, Adat Budaya Majapahit di sini hingga Penduduk yang tak tertumpas pada hidup dahulu di Gunung Gunung dan sekarangpun sudah Islam semua, akibat Penumpasan 1965-1966 yang merambah sampai Gunung mereka yang tidak ke Masjit ditumpas habis, sampai Orang nanam Pisang membuat Lobang malah dibunuh juga dituduh membuat Lobang Buaya. Hingga tinggal Islam yang boleh hidup sampai kepelosok dusun dan mereka mencegah kalau ada Aliran Kepercayaan Jawa Bangkit mengajarkan Kejujuran dan Persatuan maupun Karma yang boleh diajarkan hanya Ajaran Arab yang harus menumpas selain Islam Anti kerukunan dan menciptakan Algojo Algojo penumpas kalau ada Aliran Kejawen Bangkit dan Aparat pun kena se Iman dan se Agama lalu ikut menumpas Bangsa sendiri demi Arab Perang Salib yang suka perang terus, Sungguh Ironis nasib Bangsa ini yang kini Jadi Budak nya Arab, hingga rela tinggal dibawah Jembatan di Arab hanya untuk dapat gelar "Tamu Allah" bagi yang melarat yang pulang hanya mayatnya sekalipun, dan Haji Mahbrur bagi yang kaya yang pulang dijemput masyarakat  Otak Arab memujanya sebagai Tokoh Allah. Dan siap membersihkan wilayah nya dari Ke Kafiran dengan memberantas Kepercayaan selain Islam Arab dan membuat Sariat Islam diwilayahnya agar bisa menumpas Aliran selain Arab ahli Perang dengan menguasai Pemerintahan daerahnya. Seperti Kolonel AU Agung Poerbodjagad Trowulan yang dihancurkan juga Punden Tunggul Manik diratakan tanah karena Leluhur Tunggul Manik bukan Orang Arab dan Makam Makam Islam bertulisan Arab dibangun dan di Puja, yang berbentuk Jawa malah merana di Kepruk dan dihancurkan seperti Tunggul Manik, Pura Majapahit Trowulan di tutup Muspika yang Pemerintahan Wilayah nya yang dikuasai Arab, Demikianlah contoh tadi agar tidak disalahkan Tulisan ini dikira Bohong, padahal ini Berita Sejarah dan Nasib bangsa ini yang seperti Binatang Jajahan Bangsa Sendiri berotak Arab Zaman Perang Salib, Padahal Belanda saja yang disebut Penjajah tidak sekejam ini, Malah Membebaskan Kitab berbahasa jawa Tan Khoen Swie Tentang Majapahit Terbit, Melindungi Candi Candi Leluhur bahkan berusaha mengungkap penulisan Sejarahnya yang di Trowulan terkenal Toean Kereweng yang pendiri Musium Trowulan dengan mengumpulkan Kereweng / Gerabah / Teracota untuk di Taruh di Musium hingga bisa dilihat sekarang ini, Setelah Merdeka 1945 pun Ironis Bung Karno Pendiri Bangsa dan Penggali Pancasila di Tumpas bersama pengikutnya denga cap Komunis dan Adat Budaya China pun ikut di Tumpas 1965-1966, Lha sekarang Uang china dan Keris di temukan bersatu sebagai Bukti Kejayaan masa lalu yang dengan China bersaudara ditambah Tengkorak Batu Jaya yang Mongoloid, Sedang Arab yang datang Terakhir abad XV sudah menguasai dan menumpas segala Kehidupan serta Sejarah masa lalu kita, Tapi Untung ada janji Sabdopalon tentang 500 tahun kembalinya Budha dan terbukti ditemukan atau munculnya simbol Budha yaitu Candi Batu Jaya yang sedang di Pugar untuk Simbol Budha juga Para Tengkorak Leluhur semoga Bangkit Roh nya memberi Kesadaran Bangsa ini yang pernah maju dimasa lalu dan Mengalami Persatuan Nusantara padahal Arab belum pernah mengukir Sejarah menyatukan Timur Tengah, malah Sejarahnya berhasil Menumpas Kristen Jesus Hingga gereja Gerejanya jadi Masjit semua, Termasuk kita yang sampai detik ini malah dibuat Porak Poranda oleh Islam Perang Salib, dimana disinipun Kristen mengalami nasib sama dengan di Timur Tengah, Gerejanya di Bom dan di Hancurkan Ijinnya juga sulit bagi kristen, itu Urusan Mereka Zaman Perang Salib yang perang Kristen Islam yang menyedihkan Budaya kita pun di injak injak seperti Pura Majapahit Trowulan ditutup, Kepercayaan dikejar kejar seperti Anjing dihancurkan itu Saptodarmo yang kebetulan masuk TV Orang perempuan dihantam Pentungan dan Gambar Sri Gautama Orang Asli Orang Jawa dari Pare Kadhiri Pendiri nya Gambarnya di injak injak oleh Habib Arab setelah di banting sampai pecah Kaca Gambar Piguranya, inilah Tontonan TV Negri ini dimana Bangsa kita dianggap Binatang oleh Habib Arab bahkan SBY pun disomasi harus membubarkan Achmadiah Aliran yang sudah ada sejak 1925 mengalami Tiga Pemerintahan Negara di Dunia Belanda-Jepang RI Bung Karno, dan dengan cepat SBY rapat membuat SKB demi Sang Habib, padahal SBY dituntut Rakyat, Pakar Hukum, Mahasiswa, Organisasi Massa, masih Muter Muter, dan sampai detik inipun selalu ada Berita TV tentang Kepercayaan yang di Bubarkan dan di Panggil Bakesbang yang Badan Kesatuan Bangsa malah digunakan Islam Alat membubarkan Kepercayaan Bangsa. Ironis sekali Bangsa ini Hingga Bali yang tetap melestarikan Budaya Bangsa ini terkena Pepatah "Ajining Bangsa Saka Luhuring Budaya" dihargai Dunia Akibat menghargai dan Melestarikan Budaya Bangasa Sendiri sejak 1000 tahun yang bisa dibuktikan adanya Pura Durga Kutri Mahendradata yang tetap lestari sejak 1000 tahun dan hanya di Bali, sekali lagi Untung ada Bali.