KUNJUNGAN TAMU CHINA DI KERATON IBU MAJAPAHIT NUSANTARA

Sabtu, 28 Agustus 2010
19-8-2010 Malam jam 20.00 WITA Bunga Wijaya Kusuma di Keraton / Pura Ibu Majapahit Jimbaran Bali Mekar, 2 Pohon yang teletak didalam Pot / Tempat Bunga, Mekar 3 buah dan 4 buah di pohon satunya Gambar diatas, ini juga bertepatan Kedatangan Tamu dari China Guang Dong yang dipimpin  Shang Hua Zong yang datang khusus ingin Berdo'a di Pura Ibu / Jin Guang Si Candi Jien So Jien Yen Kwan Sei Yin Po Sa Mancupaik atau Parwati / Durga Tangan Seribu yang Internasionalnya disebut Avalokitesvara Majapahit dan Para Tamu dari China sangat terkesan dengan Musium Pura Ibu yang masih memiliki Batu Giok Zaman Dinasti Ming, Juga Patung Kura Kura dari Giok yang bertuliskan huruf China Kuna yang menjadi Dasar Pagoda juga Uang Kepeng China yang sudah Ribuan tahun usianya bekas Sesari yang masih lestari.

Kala itu Malam Jum'at Kliwon yang dipercaya Orang jawa "Dino Wiwitan" Pasaran dan Neptunya adalah 1 Mekarnya 7 Bunga Wijaya Kusuma, Dan Puro Janggala habis nelpon minta Restu Upacara, Menurut Cerita Bunga wijaya Kusuma adalah Milik Dewa Wisnu, dimana dalam Cerita ketika Arjuna Tewas minum Air sungai beracun lalu Bhatara Kresna menghidupkan lagi dengan Bunga Wijaya Kusuma yang sedang Mekar 7 buah di Pura Ibu Majapahit Jimbaran Bali bertepatan Malam Jum'at Kliwon. Yang di Jawa Jum'at Kliwon dianggap hari Sakral, dan banyak yang Tumpengan Nyuguh Leluhur Wiwitan / Kawitan asal usul Manusia atau Lingga Yoni.

Tamu dari China ini diajak meninjau Candi Buda di Kali Buk Buk Singaraja yang juga Situs Peninggalan Budha abad IV Masehi, juga berdo'a di Patung Ganesa Terbesar dan tertinggi di Asia yang diresmikan Brahmaraja Wilatikta XI selaku Raja Abhiseka Kerajaan Majapahit dan Sukmawati Putri Bung Karno selaku Pendiri Negeri ini juga Tokoh Tokoh Dunia yang diabadikan dalam Prasasti Batu Marmer 2006, Serta Mandi di Laut Selatan Bali, dimana Laut Selatan ini dipercaya Orang China Tempat Dewi Kwan Im / Nan Hay Niang Niang, Dimana Putri ke 3 Raja Miao Ciang  yang bernama Miao San bertapa di Gua Kwan Im, dan setelah Mokswa pada usia 17 tahun, tinggal di Bu To San Mali, Pulau penuh Buta di Mali / Bali, Ejaan Hok Kian Bing dibaca China Utara Ming, jadi Mali dieja Bali contoh lain Mlambangan dieja Blambangan. Dan di Selatan Bali dipinggir Laut paling Selatan ada Gua dan ada Pelinggih Ratu Mas nya atau Gua Dewi Kwan Im.

Jadi di China sejak kecil sudah mengerti Sejarah "Mancupaik" atau majapahit dengan Bhinneka Tunggal Ika atau Jien Min Cu Ik {Ribuan tapi satu} yang di Taiwan San Min Cu Ik seperti Bung Karno menyingkat Pancasila jadi Tri Sila {Tiga atau San jadi Min satu Ik} Karangan Tan Tu Lay / Chen Cu Lay / Tantular yang universal dan bisa menyatukan berbagai Suku, Ras dan Agama {SARA} di China dan Indonesia yang dipakai Dasar Negara dan disebut Pancasila, malah nama Indonesia tidak di kanal jelas Mr. Ye Ceng dari desa Zen Zen Guang Dong menunjuk Anaknya yang usia 8 tahun tapi kenal Mancupaik / Majapahit Penguasa Nan Hay atau Laut Selatan tempat Dewi Kwan Im yang di Bali dikenal Ratu mas atau Sang Penari . Dan Banyak Pelinggih nya, dimana yang sangat Jelas Permaisuri Brahmaraja yang juga Putri Raja Miaoli bernama Yulan dimanivestasikan Ratu Mas Magelung / Dewi Kwan Im / Sang Penari. Dan Pelinggih Meru Tumpang 3 nya ada di Pura Terbesar di Dunia yang masih di Upacarai tanpa putus sejak 1343 Zaman Majapahait yaitu Pura Besakih dikaki Gunung Agung, juga Meru Tumpang 11 [Sebelas] Brahmaraja masih berdiri Tegak sejak 1343 Era Kedatangan Arya Damar, Arya Kenceng dan Gajah Mada di Bali.

Kebetulan Ketika habis berdo'a di Ganesa, Mr. Kala Karel Gunter Meyer Pemilik Lahan Ganesa pun tiba dari Denpasar dan langsung menyalami Brahmaraja XI yang lama tidak berkunjung ke Singaraja sejak Peresmian Ganesa 2006 dimana Sri Brahmaraja Wilatikta XI selaku Raja Abhiseka Kerajaan Majapahit dan Sukmawati Sukarnoputri selaku Wakil Keluarga Besar Bung Karno Pendiri Negeri ini Menanda Tangani Peresmian dalam Satu Prasasti dan Tokoh Tokoh Hindu Dunia Termasuk Gunter Meyer sendiri juga ikut menanda Tangani Peresmian dilain Prasasti dan semua Prasasti di Tanam dihalaman Musium yang juga Dasar Patung Ganesa hingga bisa disaksikan Dunia yang beberapa waktu yang lalu 128 Kapal Layar dari Seluruh Dunia sempat singgah di Pantai Lovina melihat Patung ini dan Hotel Milik Mr. Kala Meyer yang terluas di Lovina dengan nama "Melka" juga dilengkapi ikan Lumba-Lumba ini, kini penghunian Tamunya sudah 90% tiap harinya dan 100% pada hari Libur, kemudian Rombongan dari China bersama Brahmaraja XI dijamu Makan dan Minum di Restauran Ganesa dan banyak ngobrol melepas kerinduan selama berpisah, dan Tamu dari China pun ikut ngobrol yang diterjemahkan Mr. The Hwe dari Hokian Fuk Jing, yang fasih berbahasa Indonesia karena Beliau Hwa Jiao.

Rombongan juga mampir di Kintamani melihat Gunung Batur Kawahnya berasap masih aktif ditepi Danau yang luas yang mendapat Predikat Pemandangan Ter Indah di Dunia, dan karena singkat nya waktu dan menjelang malam Rombongan tidak bisa mampir ke Para Keturunan Majapahit setempat, dan Rombongan yang di Sopiri Gusti Kadek SH Keturunan Tegeh Kori ini melanjutkan perjalanan ke Pura Ibu Majapahit Jimbaran untuk Makan malam yang dibuat oleh Para Tamu dari China dengan sebutan Cung Kwok Jai yang dinikmati Para Pengunjung Pura malam itu, dan direncanakan Sabtu pagi ini akan ke Pantai Kuta. Dimana Dewi Kwan Im Pernah di Upacarai Odalan hingga Ibu Cok Kerauhan Dewi Kwan Im berbahasa China [Radar Bali] oleh Hotel Wina juga Melasti beberapa waktu yang lalu ketika Pratima Nyejer di Hotel milik Mr. Winada dari Tabanan dan pernah membawa Gamelan Gede nya ke Trowulan untuk mendapat Taksu, yang juga Brahmaraja pernah tinggal di Hotel Pantai Kuta ini bersama Pratima Dewi Kwan Im yang kini sudah ber Stana di Pura Ibu Majapahit Jimbaran Bali secara Permanen serta Ngenteg Linggih, Odalan dan Caru nya di Puput Tri Sadaka [Pendeta Siwa, Budha dan Bujangga] dan dihadiri serta Darma Wacana Prof. Drs. Subagiasta MBA dari Parisada Hindu Darma Indonesia yang ahli Lingga dan Yoni yang sering Tampil di TVRI untuk menjelaskan Tentang leluhur yang disimbulkan Lingga Yoni., juga Utusan berbagai Negara ikut hadir.

Dan hingga kini Pura Ibu sudah 5 X Odalan tiap Budha Kliwon Gumbreg Enyitan yang dipuput Ida Pedanda Prof. DR. Narendra Telabah yang dulu sering ke Trowulan, Odalan dengan Upacara Nyegara Gunung oleh Para Pemangku Tri Kayangan Jagat Jimbaran dengan Banten Terlengkap agar Upacara Sempurna Aturan Ngayah dari Mr. Lakon Pengusaha Taxi yang Kerabat Bendesa Adat Jimbaran yang juga sering Mendak Tirta ke Trowulan hingga sekarang itu Sang Bendesa Adat, juga Sumbangan Tari Legong Keraton dari Gusti Susila Jelantik dan Ibu dari Puri Karang Asem Bali yang pernah Mengundang Pratima ratu Mas ke Puri di Karang Asem dan Njejer di Tirta gangga untuk di Upacarai bahkan kalau mau di Karang Asem tinggal milih tempat untuk Pelinggih nya Ratu mas,

Juga Aturan Ngayah Caru Gede Budha Keling dan Caru Bali Mula oleh Guru Dewa Wijaya Pura Tuluk Biyu Kintamani yang Mangku nya Guru Jero Wacik dan kini Mentri Kebudayaan dan Parawisata, Gamelan Gede Gusti Surya Puri Sudaji Buleleng juga Gamelan setempat, Agni Horta Aturan Ngayah oleh Gusti Latria Adik Pahlawan Letkol Wisnu yang namanya dipakai Lapangan Terbang di Singaraja serta Ketua Kayangan Jagat Puri Surya majapahit Buleleng, Penyineban Ratu Mas oleh Ida Pedanda Istri Ratu Mas Gianyar yang berusia 126 tahun serta membuatkan Banten Khusus Penyineban oleh Beliau serta memberi Tirta Khusus kepada Brahmaraja, juga Aturan ngayah Banten dan Caru dari Gede Susila Trah Dalem Tarukan Tirta Gangga, Dari China juga didatangkan Sesaji Khusus Adat Ibu Budha dan Lilin yang bisa menyala 1 tahun,  dikoordinir Go Sik Kian dan Marga Go dari China dan Taiwan.

 Juga ada Upacara Pewintenan atau Dwijati kepada Pendeta majapahit GRP {Gusti Raden Panji} Prawiradipura yang juga mendapat Penghargaan sebagai Pamong Budaya dari  Kanjeng Gusti Pangeran Arya {KGPA} Sontodipuro dari Puro Magkunegaran Solo yang Pusat Lembaga Pelestari Kabudayan Jawi {PLKJ} dengan menganugerahkan Bhakti Award 2010 kepada Pria Kurus Ceking berambut Panjang dan digelung ala Resi relief Candi yang gemar Tirakat itu bahkan upacara "Mati Sak Jroning Urip nya" malah dikubur hidup hidup sesuai adat Jawa yang ditambah Sesaji Bali dari Ida Pedanda  Siwa dan Budha, jadi Beliau Upacara nya Terlengkap sebagai Pandito Mojopahit masa kini. dan Sang Pandita lalu meruwat Tamu dari Seluruh Dunia didepan Pratima Ganesa-Kala yang meminta Ruwatan di Pura Ibu Majapahit Jimbaran termasuk AA Ngurah Darmaputra SH,  Ida Pedanda Telabah, Gusti Subawa Pensiunan Persatuan Guru Republik Indonesia {PGRI} yang juga Ahli Banten Odalan Majapahit yang nyumbang Banten Odalan Pura majapahit Garuda Wisnu Kencana [GWK] 5 X tiap Purnama V 2003-2008 dan dipuput Beliau sendiri sebagai Pendeta Budha dan Ida Pedanda Bang Buruan Manuaba, Ida Pedanda Wanasari, Mangku GWK, Mangku Budi Busung Biyu, Mangu Dalem Mengui nyumbang Banten dan Bale Ganjur, Mr. Winada nyumbang Banten dan Gong Gede, Gusti Madan Puri Sunantaya Trah Arya Damar menyumbang Banten Srada satu-satu nya Banten yang hanya Beliau ahlinya yaitu "Srada" dan Gusti Kukuh Putra Gusti Madan Ngayah membuat Relief Kala di Candi GWK, Gong Giri Darma Ungasan, Barong Ket Jimbaran, Topeng Ubud, Joget Bumbung Ungasan, Wayang Calonarang dan Ceng Blong Mengui, Barongsai Kongco Kuta, Caru Bali Mula Pura Tuluk Biyu, Agni Horta Gusti Latria, Barongsai Kongco Tanah Kilap Dll Aturan Ngayah Para Penyungsung Majapahit yang tidak bisa disebutkan satu persatu,

 Dan 2001 Gusti Subawa juga membuat Banten Odalan ke Pura Majapahit Trowulan dipuput Ida Pedanda Made Gunung dari Parisada Hindu Darma Indonesia {Ketua PHDI Bali}, Ida Pedanda Basuki {Ketua PHDI Badung} dan Prof. DR. Narendra {PHDI Pusat Jakarta}, Beliau Gusti Subawa yang Guru dan Pakar Banten Odalan Majapahit ini Ruwatan sekeluarga, juga ikut di Ruwat Mangku Bima Mananda dari Pura Majapahit Puri Tegal yang 1993 Mendak Pratima Ratu Mas di Wilatikta Keprabon Jawa dan di Stanakan di Pura majapahit Beliau di Puri Tegal Jematang Badung Bali, dan Mangku Bima serta Umat nya banyak membantu Odalan di GWK Dll, serta Pura Ibu Majapahit juga di Kunjungi Putra Putri Bung Karno, Delegasi Rusia, China, India, Duta Wisata Indonesia dll penjuru Dunia.

Selama Melihat Bali Tamu dari China mendapat sambutan Masyarakat dan dianggap leluhur, karena upacara di Bali masih menggunakan Uang Kepeng China, dan yang dari China pun heran melihat Sesaji di Pedesaan masih menggunakan Uang China Kuna dan ketika dilihat ditiap timbunan Kering bekas Sesaji, banyak terdapat Uang China biarpun dari Ring dan tidak ada Tulisan China nya tapi menunjukkan Uang China dengan Lobang segi 4 nya juga ada Pura "Bali Kang" Pelinggih Dewi Kang Cing Hwi Permaisuri Raja Bali Sri Jayapangus, Putri dari Kang Jing Kang jelas Pekak penjual Es Campur di Kubu Tambahan sambil banyak Cerita tentang "Syah Subandar" sebutan Leluhur "Kang" dari China dan selalu Hadir secara Kapeselang / Kerauhan bila ada Upacara Odalan juga Mr. Kala Gunter Meyer [Foto diatas] dari Jerman yang Percaya Tentang Dewa di Bali dan memang ada hingga Warga Jerman ini betah tinggal di Bali membangun Hotel di Lovina Pantai Utara Bali serta mengawini Wanita Bali dari Mengui dan menghasilkan seorang Putri mungil yang cantik.

Juga ketika membahas Pulau Buto San Brahmaraja menjelaskan bahwa Butosan adalah Bali dan letaknya di Laut Selatan / Nan Hay, Sedang China Laut selatan nya milik Thailand, Siam dan Indonesia. Jadi Bali / Mali adalah Butosan dimana Tiap Pantai ada Pura Ratu Mas nya dibuatkan Pelinggih dan selalu di Upacarai dengan Uang China Kuna yang ada Rambut Sedana nya terbuat juga dari Uang Kepeng Kuna yang belakangan banyak diincar Pencuri karena mahal harganya hingga di Koran Bali Post banyak diberitakan Hilangnya sejumlah Pratima dan Rambut Sedana serta Uang Kepeng di Pura Pura Bali seperti berita terakhir Pura Barong Nusa Dua. yang dicuri Pratima nya. Dan ini memang Nyata, Ratu Mas atau Dewi Kwan Im atau Putri Laut selatan sangat di Hormati, bahkan di Hotel Pelabuhan Ratu Laut Selatan Jawa barat  pun Ratu Mas Penguasa Laut Selatan dibuatkan kamar khusus. Dan kebetulan di Pantai Laut Paling Selatan Bali ada 2 Gua yang dipercaya tempat Pertapaan Miao San yang dikenal Sang Penari dan di China disebut Dewi Kwan Im. Dalam Gua ada Pelinggih Kuna ini membuat Orang China makin Percaya bahwa Bali adalah Pulau yang disebut Bu To San Stana Dewi Kwan Im Avalokitesvara, Demikianlah Cerita Brahmaraja XI yang cukup Nyata disertai Contoh Gua Ilmiah untuk membanggakan Bali dan Indonesia umumnya yang masih Percaya adanya Dewi Kwan Im Nan Hay Niang Niang atau Putri Laut Selatan, dan menunjukkan nya Banyak nya Pelinggih Ratu Mas ditiap Pantai Laut Selatan Bali yang penuh Sesaji dan disertai Uang kepeng China.

Demikianlah Brahmaraja XI menerima Tamu dari China dan mengajaknya keliling melihat Bali dan memberi Penjelasan Tentang Adat Kepercayaan majapahit yang Siwa Buda dan masih memakai Upacara secara Lengkap sesuai Lontar Mpu Kuturan yang Bagawanta Budha dari majapahit, Dan Upacara itu Lestari hingga detik ini yang menjadi Perhatian Dunia, Jadi Sesuai Kata Bung Karno, Kalau ingin tahu majapahit lihatlah Bali yang ditirukan Sukmawati Putri / Sukma Bung karno dalam Pidatonya di Pura Ibu majapahit Jimbaran bali, Sedang Upacara di Jawa juga masih Percaya Sesaji, Ruwat Desa, Larung sesaji di Laut, Adat Kejawen yang juga masih Lestari dan kini di Era Reformasi mulai digalakkan, Biarpun 1965-1966 sempat dilarang bahkan Klenteng Tempat leluhur dari China juga dilarang kegiatan, Hingga di Era Presiden Gus Dur 1999 dibebaskan kembali, Tapi disebagian Tempat Kejawen dianggap Sesat dan sanggar nya di Hancurkan seperti Sapta Darma di Jogja Oleh yang mengaku Pembela Islam, Juga Orang Kristen Sembahyang di Tanah nya Sendiri diserbu Front Pembela Islam [FPI] disiarkan TV. Agustus 2010 ini. Dan sampai hari ini masih di Perdebatkan di TV apakah kita sudah jadi Negara Islam atau masih Negara Pancasila.

[Team Wartawan Photo Majalah Independen]

0 komentar:

Posting Komentar